BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Dalam
setiap sejarah bangsa-bangsa di dunia, terdapat beberapa titik kritis yang
dianggap sebagai momentum sangat menentukan dalam perjalanannya. Pada
titik-titik itu terjadi peristiwa yang sangat krusial bagi masa depan bangsa
tersebut. Sehingga dapat dibayangkan, jika pada titik-titik itu, bukan terjadi
peristiwa sebagaimana yang telah terjadi tersebut, maka keadaan bangsa itu pada
masa sekarang sudah akan lain ceritanya. Kemudian dalam umur manusia juga ada
titik-titik yang menunjukan bahwa manusia tersebut mengalami perubahan,
pertumbuhan dan berkembang, baik dari segi fisik, psikologis, maupun yang
lainnya, yang secara umum biasanya terbagi ke dalam empat titik/fase: anak-anak,
remaja, pemuda dan tua.
Dalam
keterbatasan wawasan kesejarahan Indonesi, saya memberanikan diri memaparkan
satu titik dari beberapa titik-titik penting dalam sejarah bangsa ini, dan
dengan mengambil satu titik dari fase umur manusia, yaitu yang ada kaitannya
dengan: Peranan pemuda indonesia dalam pergerakan kemerdekaan.
Ketika kita membicarakan sebuah tema yang menjadi objek pembicaraannya menghususkan suatu golongan masyarakat tertentu, maka kita dituntut untuk mengenal golongan tersebut terlebih dahulu, sebelum membicarakan hal-hal pokok lainnya yang ada kaitannya dengan objek tersebut, agar pembicaraannya bisa lebih fokus dan terarah. Dan tema yang ada kaitannya dengan pemuda biasanya banyak mendapat sorotan yang signifikan dari para pemerhati atau kalangan luas, hal ini dikarenakan:
Ketika kita membicarakan sebuah tema yang menjadi objek pembicaraannya menghususkan suatu golongan masyarakat tertentu, maka kita dituntut untuk mengenal golongan tersebut terlebih dahulu, sebelum membicarakan hal-hal pokok lainnya yang ada kaitannya dengan objek tersebut, agar pembicaraannya bisa lebih fokus dan terarah. Dan tema yang ada kaitannya dengan pemuda biasanya banyak mendapat sorotan yang signifikan dari para pemerhati atau kalangan luas, hal ini dikarenakan:
- Hasan
al-Banna mengatakan: “Dalam setiap kebangkitan sebuah peradaban di belahan
dunia manapun maka kita akan menjumpai bahwa pemuda adalah salah satu irama
rahasianya”.
- Bung
karno berkata: “Beri aku seribu orang, dan dengan mereka aku akan menggerakkan
Gunung Semeru! Beri aku sepuluh pemuda yang membara cintanya kepada Tanah Air,
dan aku akan mengguncang dunia
-
Pepatah arab mengatakan: “Syubanul yaom, rijalul ghad” artinya:
pemuda/remaja dimasa sekarang ini pemimpin dimasa depan. “Inna fi yadi
syubban amrol ummah, wa fi aqdamihim hayataha” artinya: sesungguhnya di
tangan dan langkah pemudalah urusan dan hidupnya suatu umat/masyarakat.
Dengan
ungkapan-ungkapan di atas, menunjukan bahwa pemuda merupakan sumber potensi
yang dapat menciptakan keadaan yang lebih baik melalui berbagai kekuatan yang
dimilikinya baik dari segi fisik, maupun pemikirannya dalam membangun suatu
peradaban masyarakat atau bangsa.
B.
Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah supaya para mahasiswa :
1. berani
merombak dan bertindak revolusioner terhadap tatanan sistem yang rusak. Seperti
kisah pemuda (Nabi) Ibrahim. “Mereka berkata: ‘Siapakah yang melakukan
(perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami? sungguh dia termasuk orang yang
zalim, Mereka (yang lain) berkata: ‘Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela
(berhala-berhala) ini , namanya Ibrahim.” (QS.Al¬-Anbiya, 21:59-60).
2. memiliki
standar moralitas (iman), bersatu, optimis dan teguh dalam pendirian serta
konsisten dengan perkataan. Seperti tergambar pada kisah Ash-habul Kahfi (7
orang pemuda yang mengasingkan diri dalam gua untuk menyelematkan iman. Mereka
menolak perintah raja Dakianus yang mengharuskan rakyatnya menyembah patung
yang disembahnya dengan ancaman hukuman mati, semua rakyat menyerah kecuali 7
orang pemuda tadi.).“Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan
sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan
mereka dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka; dan Kami teguhkan hati mereka
ketika mereka berdiri” (QS.18: 13-14).
3. Tidak
gampang berputus-asa, pantang mundur sebelum cita-citanya tercapai.
Seperti digambarkan pada pribadi pemuda (Nabi) Musa. “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya, “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut; atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun” (QS. Al-Kahfi,18 : 60).
Seperti digambarkan pada pribadi pemuda (Nabi) Musa. “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya, “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut; atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun” (QS. Al-Kahfi,18 : 60).
BAB II
PEMBAHASAN
PERGERAKAN
SEBELUM KEMERDEKAAN
A.
Era pra kolonial
Sejarah
awal Para cendekiawan India
telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa di pulau Jawa dan Sumatra
sekitar 200 SM. Bukti fisik awal
yang menyebutkan tanggal adalah dari abad ke-5 mengenai dua kerajaan bercorak Hinduisme:
Kerajaan Tarumanagara
menguasai Jawa Barat
dan Kerajaan
Kutai di pesisir Sungai Mahakam, Kalimantan. Pada tahun 425 agama Buddha telah mencapai
wilayah tersebut.
Di saat Eropa memasuki masa Renaisans,
Nusantara telah mempunyai
warisan peradaban berusia ribuan tahun dengan dua kerajaan besar yaitu Sriwijaya di Sumatra
dan Majapahit di Jawa, ditambah dengan
puluhan kerajaan kecil yang sering kali menjadi vazal tetangganya yang
lebih kuat atau saling terhubung dalam semacam ikatan perdagangan (seperti di Maluku).
1. Kerajaan Hindu-Buddha
Pada abad ke-4 hingga
abad ke-7 di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu-Budha yaitu
kerajaan Tarumanagara
yang dilanjutkan dengan Kerajaan
Sunda sampai abad ke-16. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan
Buddha Sriwijaya
berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I Ching mengunjungi
ibukotanya Palembang
sekitar tahun 670.
Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi
saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur,
Majapahit. Patih Majapahit
antara tahun 1331
hingga 1364, Gajah Mada berhasil
memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia
beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada
termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat
dalam wiracarita Ramayana.
2. Kerajaan Islam
Islam sebagai sebuah
pemerintahan hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun
sebenarnya Islam sudah
sudah masuk ke Indonesia
pada abad 7 Masehi.
Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional
melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina,
Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat
sejak abad 7.
Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir
perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang Arab
menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera. Islam pun memberikan
pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H
(718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim
surat kepada Khalifah
Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Bani
Umayyah meminta dikirimkan da'i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat
itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang
isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat
seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon
gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya
hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan
tuhan-tuhan lain dengan Allah.
Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah
yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda
mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan
menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun kemudian, yakni
tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam.
Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama 'Sribuza Islam'. Sayang, pada tahun 730
M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya Palembang
yang masih menganut Budha.
Islam terus mengokoh
menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan
Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1
Muharram 225 H atau 12 November 839 M. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate.
Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440. Rajanya seorang
Muslim bernama Bayanullah.
Kesultanan Islam kemudian semikin
menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan
Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan
Sumatera. Hanya Bali
yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur,
rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam
diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17,
dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan
tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan melalui
hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan
dari pemerintahan Islam yang datang dari luar Indonesia, maka untuk
menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja
melalui cara berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari penduduk
asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk
lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama mengadopsi
agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk diantaranya: Kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan Banten yang
menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram, dan Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku.
B.
Era Kolonial
1.
Kolonisasi
Portugis dan Spanyol
Afonso (kadang juga
ditulis Alfonso) de Albuquerque. Karena tokoh inilah, yang membuat kawasan Nusantara waktu itu
dikenal oleh orang Eropa
dan dimulainya Kolonisasi
berabad-abad oleh Portugis bersama bangsa Eropa lain, terutama Inggris dan Belanda.
Dari Sungai Tagus
yang bermuara ke Samudra
Atlantik itulah armada Portugis mengarungi Samudra Atlantik, mungkin
makan waktu sebulan hingga tiga bulan, melewati Tanjung Harapan Afrika,
menuju Selat Malaka.
Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari
rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.
”Pada abad 16 saat
petualangan itu dimulai biasanya para pelaut negeri Katolik itu diberkati oleh
pastor dan raja sebelum berlayar melalui Sungai Tagus,” kata Teresa. Biara St
Jeronimus atau Biara Dos Jeronimos dalam bahasa Portugis itu didirikan oleh
Raja Manuel pada tahun 1502 di tempat saat Vasco da Gama memulai petualangan ke
timur.
Museum Maritim atau
orang Portugis menyebut Museu de Marinha itu didirikan oleh Raja Luis pada 22
Juli 1863 untuk menghormati sejarah maritim Portugis.
Selain patung di taman,
lukisan Afonso de Albuquerque juga menjadi koleksi museum itu. Di bawah lukisan
itu tertulis, ”Gubernur India 1509-1515. Peletak dasar Kerajaan Portugis di
India yang berbasis di Ormuz, Goa, dan Malaka. Pionir kebijakan kekuatan laut
sebagai kekuatan sentral kerajaan”. Berbagai barang perdagangan Portugis juga
dipamerkan di museum itu, bahkan gundukan lada atau merica.
Ada sejumlah motivasi
mengapa Kerajaan Portugis memulai petualangan ke timur. Ahli sejarah dan
arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-Portugal: Five Hundred
Years of Historical Relationship (Cepesa, 2002), mengutip sejumlah ahli
sejarah, menyebutkan tidak hanya ada satu motivasi Kerajaan Portugis datang ke
Asia. Ekspansi itu mungkin dapat diringkas dalam tiga kata bahasa Portugis,
yakni feitoria, fortaleza, dan igreja. Arti harfiahnya adalah
emas, kejayaan, dan gereja atau perdagangan, dominasi militer, dan penyebaran
agama Katolik.
Menurut Uka,
Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari Estado da India, Kerajaan Portugis di
Asia, merupakan arsitek utama ekspansi Portugis ke Asia. Dari Goa, ia memimpin
langsung ekspedisi ke Malaka dan tiba di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal
besar dan kecil serta 600 tentara. Ia dan pasukannya mengalahkan Malaka 10
Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia
ke Eropa. Setelah menguasai Malaka, ekspedisi Portugis yang dipimpin Antonio de
Abreu mencapai Maluku, pusat rempah-rempah.
2.
Periode Kejayaan Portugis di Nusantara
Periode 1511-1526,
selama 15 tahun, Nusantara menjadi pelabuhan maritim penting bagi Kerajaan
Portugis, yang secara reguler menjadi rute maritim untuk menuju Pulau Sumatera,
Jawa, Banda, dan Maluku.
Pada tahun 1512
Portugis menjalin komunikasi dengan Kerajaan
Sunda untuk menandatangani perjanjian dagang, terutama lada.
Perjanjian dagang tersebut kemudian diwujudkan pada tanggal 21 Agustus 1522
dalam bentuk dokumen kontrak yang dibuat rangkap dua, satu salinan untuk raja
Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal. Pada hari yang sama dibangun sebuah
prasasti yang disebut Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal di suatu
tempat yang saat ini menjadi sudut Jalan Cengkeh dan Jalan Kali Besar Timur I,
Jakarta Barat. Dengan perjanjian ini maka Portugis dibolehkan membangun gudang
atau benteng di Sunda Kelapa.
Pada tahun 1512 juga
Afonso de Albuquerque mengirim Antonio Albreu dan Franscisco Serrao untuk
memimpin armadanya mencari jalan ke tempat asal rempah-rempah di Maluku.
Sepanjang perjalanan, mereka singgah di Madura, Bali, dan Lombok. Dengan
menggunakan nakhoda-nakhoda Jawa, armada itu tiba di Kepulauan Banda, terus
menuju Maluku Utara hingga tiba di Ternate.
Kehadiran Portugis di
perairan dan kepulauan Indonesia itu telah meninggalkan jejak-jejak sejarah
yang sampai hari ini masih dipertahankan oleh komunitas lokal di Nusantara,
khususnya flores, Solor dan Maluku, di Jakarta Kampong Tugu yang terletak di
bagian Timur Jakarta, antara Kali Cakung, pantai Cilincing dan tanah Marunda.
Bangsa Eropa pertama
yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada tahun 1512. Pada waktu itu 2 armada
Portugis, masing-masing dibawah pimpinan Anthony d'Abreu dan Fransisco Serau,
mendarat di Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu. Setelah mereka menjalin
persahabatan dengan penduduk dan raja-raja setempat - seperti dengan Kerajaan
Ternate di pulau Ternate, Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di
Pikaoli, begitupula Negeri Hitu lama, dan Mamala di Pulau Ambon.Namun hubungan
dagang rempah-rempah ini tidak berlangsung lama, karena Portugis menerapkan
sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen. Salah seorang
misionaris terkenal adalah Francis Xavier. Tiba di Ambon 14 Pebruari 1546,
kemudian melanjutkan perjalanan ke Ternate, tiba pada tahun 1547, dan tanpa
kenal lelah melakukan kunjungan ke pulau-pulau di Kepulauan Maluku untuk
melakukan penyebaran agama. Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir pada
tahun 1570. Peperangan dengan Sultan Babullah selama 5 tahun (1570-1575),
membuat Portugis harus angkat kaki dari Ternate dan terusir ke Tidore dan
Ambon.
Perlawanan rakyat
Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda untuk menjejakkan kakinya di
Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa Portugis untuk menyerahkan
pertahanannya di Ambon kepada Steven van der Hagen dan di Tidore kepada
Cornelisz Sebastiansz. Demikian pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan
oleh Belanda. Sejak saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian besar wilayah
Maluku. Kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada
tahun 1602, dan sejak saat itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku. Di
bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen, Kepala Operasional VOC, perdagangan
cengkih di Maluku sepunuh di bawah kendali VOC selama hampir 350 tahun. Untuk
keperluan ini VOC tidak segan-segan mengusir pesaingnya; Portugis, Spanyol, dan
Inggris. Bahkan puluhan ribu orang Maluku menjadi korban kebrutalan VOC.
kemudian mereka
membangun benteng di Ternate tahun 1511, kemudian tahun 1512 membangun Benteng
di Amurang Sulawesi Utara. Portugis kalah perang dengan Spanyol maka daerah
Sulawesi utara diserahkan dalam kekuasaan Spanyol (1560 hingga 1660). Kerajaan
Portugis kemudian dipersatukan dengan Kerajaan Spanyol. (Baca
buku :Sejarah Kolonial Portugis di Indonesia, oleh David DS Lumoindong).
Abad 17 datang armada dagang VOC (Belanda) yang kemudian berhasil mengusir
portugis dari ternate, sehingga kemudian Portugis mundur dan menguasai Timor
timur (sejak 1515).
Kolonialisme dan
Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar abad ke-15, yaitu diawali
dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan bangsa Belanda yang dipimpin
Cornelis de Houtmen pada tahun 1596, untuk mencari sumber rempah-rempah dan
berdagang.
3.
Gerakan
nasionalisme
Pada 1905
gerakan nasionalis yang pertama, Serikat Dagang
Islam dibentuk dan kemudian diikuti pada tahun 1908
oleh gerakan nasionalis berikutnya, Budi
Utomo. Belanda merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I dengan
langkah-langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari kelompok
kecil yang terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di
antaranya telah dididik di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena
kegiatan politis, termasuk Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno.
4. Perang Dunia II
Pada Mei 1940,
awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi
Jerman.
Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk
Jepang ke Amerika Serikat dan Britania. Negosiasi dengan Jepang yang
bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941,
dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di
bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan
revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir
dikalahkan Jepang pada Maret 1942.
5. Pendudukan Jepang
Pada Juli 1942, Soekarno
menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk
pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer
Jepang. Soekarno, Mohammad
Hatta, dan para Kyai memperoleh penghormatan dari Kaisar Jepang pada
tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat
bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang
tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan,
mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan
seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan
perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda
merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan
pertamanya di bulan Mei, Soepomo membicarakan integrasi nasional dan
melawan individualisme perorangan; sementara itu Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara
baru tersebut juga sekaligus mengklaim Sarawak,
Sabah,
Malaya, Portugis Timur, dan seluruh wilayah
Hindia-Belanda sebelum perang.
Pada 9
Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman
Widjodiningrat diterbangkan ke Vietnam
untuk bertemu Marsekal Terauchi.
Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang
menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.
6. Era kemerdekaan
-
Proklamasi
kemerdekaan
Mendengar kabar bahwa
Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada 16
Agustus, Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari
berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran
sementara pasukan militer Indonesia pada masa perang, Pasukan Pembela
Tanah Air (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat
mempertahankan kediaman Soekarno.
Pada 18
Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad
Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang
dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan.
Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31
Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang terdiri dari 8
provinsi: Sumatra, Kalimantan
(tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sulawesi, Maluku
(termasuk Papua)
dan Nusa Tenggara.
-
Perang
kemerdekaan
Dari 1945
hingga 1949,
persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang
segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak mempunyai
dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali
kekuasaan kolonial. Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan
yang kuat. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali
ibukota kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibukota mereka. Pada 27
Desember 1949 (lihat artikel tentang 27 Desember 1949), setelah 4 tahun
peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari Belanda memindahkan kedaulatan
kepada pemerintah Federal Indonesia. Pada 1950, Indonesia menjadi anggota ke-60
PBB.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Mendengar kabar bahwa
Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada 16
Agustus, Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari
berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran
sementara pasukan militer Indonesia pada masa perang, Pasukan Pembela
Tanah Air (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat
mempertahankan kediaman Soekarno.
Pada 18
Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad
Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang
dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan.
Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31
Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang terdiri dari 8
provinsi: Sumatra, Kalimantan
(tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sulawesi, Maluku
(termasuk Papua)
dan Nusa Tenggara.
Dari 1945
hingga 1949,
persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang
segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak mempunyai
dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali
kekuasaan kolonial. Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan
yang kuat. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali
ibukota kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibukota mereka. Pada 27
Desember 1949 (lihat artikel tentang 27 Desember 1949), setelah 4 tahun
peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari Belanda memindahkan kedaulatan
kepada pemerintah Federal Indonesia. Pada 1950, Indonesia menjadi anggota ke-60
PBB.
B.
Saran
Kita
Sebagai Pemuda-Pemudi Indonesia dan juga sebagai Mahasiswa, kita mesti sadar
akan kemerdekaan Indonesia itu atas dasar perjuangan dan juga atas dasar
organisasi pergerakan yang di gerakan oleh para pahlawan yang membuat Indonesia
Merdeka. Kita mesti mempunyai sikap siaga dalam segala hal apapun, demi
terbangunnya Negara yang makmur, aman dan sentosa.
DAFTAR PUSTAKA
Borich, G.D. 1994. Persiapan
Kemerdekaan. Englewood Cliffs:
Macmillan Publishing Company
Kompas, Mari Rebut Kemerdekaan, edisi
Sabtu, 20 Februari 2010
Napitupulu, Washington P.2001. Universitas
Yang Kudambakan, Unesco.
Rich, 2008. Ministry of Education, Singapore
Slavin, R. E. 1994. Pergerakan
Islam Pada Kemerdekaan (3rd ed.).
Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall Inc.