BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya
kecenderungan sekolah-sekolah membentuk kelas-kelas unggulan atas dasar
prestasi akademik dewasa ini patut dikaji ulang. Apakah kecenderungan itu
didasari atas pertimbangan yang sejalan dengan tujuan pendidikan kita ataukah
karena pertimbangan lain sesuai dengan permintaan pasar yang bersifat sesaat?
Terlepas dari mana yang benar,
fenomena yang muncul dalam sistem persekolahan yang ada sekarang ini cenderung
memperlakukan siswa secara kurang adil dan kurang humanistis. Siswa pandai
diberi label unggul dengan segala fasilitas yang diberikannya, sementara siswa
yang di kelas tak unggul memperoleh label kurang dan predikat negatif yang
lain. Siswa pada kelompok unggul berkompetisi secara keras dan cenderung
individualistik. Sementara siswa di kelas tidak unggul merasa tidak mampu,
frustasi dan selanjutnya menerima keadaan itu
Persoalan lain
yang menunjukan aspek kompetitif dan individualistik dalam pendidikan kita
adalah model pembelajaran langsung (model pembelajaran konvensional). Pada
pembelajaran konvensional, guru menjadi pusat pembelajaran, berperan
mentransfer dan meneruskan (transmit) informasi sehingga siswa tidak perlu
mengkonstruksi ide-idenya. Tingkat partisipasi siswa sangat terbatas karena
arus interaksi didominasi oleh guru. Bentuk penugasan dalam pembelajaran ini
bersifat individual. Sebagai konsekuensinya, evaluasi yang diterapkan
dikelaspun juga individual.
Dalam hal ini,
guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana siswa
dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan
kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada
lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa.
Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan
dengan diri siswa, diantaranya adalah kemampuan, minat, motivasi, keaktifan
belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri
siswa, diantaranya adalah model pembelajaran.
Model
pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model
pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan
tercapai. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat dijadikan
alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas
berlangsung efektif dan optimal. Salah satunya yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif.
Wagitan (2006)
menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat menjadi salah satu alternatif
karena banyak pendapat yang menyatakan
bahwa pembelajaran aktif termasuk kooperatif mampu meningkatkan efektivitas
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif dapat
mengubah peran guru, dari yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam
kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk
mengajarkan materi yang kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat membantu
guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dan hubungan
antar manusia.
Pembelajaran kooperatif memiliki
manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan kepada
siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya. Hal ini dikarenakan dalam
kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar
melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini yaitu:
ü Apa pengertian dan konsep dasar dari
pembelajaran kooperatif?
ü Apa saja karakteristik pembelajaran
kooperatif?
ü Apa saja Prinsip-prinsip pembelajaran
kooperatif?
ü Apa Prosedur pembelajaran kooperatif?
C. Tujuan
Tujuan dari
penyusunan makalah ini yaitu:
ü Mengetahui tentang pembelajaran
kooperatif
ü Mengetahui karakterisitik model
pembelajaran kooperatif
ü Mengetahui tentang prinsip-prinsip dan
prosedur pembelajaran kooperatif
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Slavin (1994)
menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu
satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”.
Johnson &
Johnson (1987) dalam Isjoni (2009:17) menyatakan bahwa “pengertian model
pembelajaran kooperatif yaitu mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam
suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal
yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut”.
Menurut Rustaman
(2003:206) dalam www.muhfida.com (2009) “pembelajaran kooperatif merupakan
salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena
mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui
berpikir rasional”.
Lie (2008:12)
menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas-tugas yang terstruktur”.
Isjoni (2009:15)
menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan terjemahan dari
istilah cooperative learning. Cooperative learning berasal dari kata
cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim”.
Hasan (1996)
menyimpulkan bahwa kooperatif mengandung
pengertian bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan
kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi
seluruh anggota kelompoknya.
Sugandi
(2002:14) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar
kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur
dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya
interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif
diantara anggota kelompok”.
Menurut
Sugiyanto (2008:35) “pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa
untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar”.
Malik (2011)
menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis untuk sampai
kepada pengalaman individual dan kelompok, saling membantu, berdiskusi, ber-
argumentasi dan saling mengisi untuk memperoleh pemahaman bersama”.
Menurut
Wikipedia (2011) “pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan
istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik
kerja sama kelompok dan interaksi antar siswa”.
Dari beberapa
definisi diatas dapat diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah
satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk
saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar.
Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Falsafah yang mendasari
pembelajaran cooperative learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan
adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung. Di
samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar
akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa.
B. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya
manusia mempunyai perbedaan, dengan perbedaan itu manusia saling asah, asih,
asuh (saling mencerdaskan). Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan saling
menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat
belajar (learning community). Siswa tidak hanya terpaku belajar pada guru,
tetapi dengan sesama siswa juga.
Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan
interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman
yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.
C.
Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Suyanti
(2010: 99-100) karakteristik pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a. Pembelajaran secara tim
Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai
tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat siswa belajar. Semua anggota
tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh
keberhasilan tim.
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif
Sebagaimana pada
umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok yaitu Perencanaan, Organisasi,
Pelaksanaan, dan Kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Perencanaan
menunjukkan bahwa pembelajaran memerlukan perencanaan yang matang agar proses
pembelajaran berjalan secara efektif. Pelaksanaan menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan melalui
langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan
yang sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok. Oleh sebab
itu, perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi
kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan
kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes.
c. Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan
pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh
sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran
kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung
jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu, misalnya
siswa yang pintar membantu siswa yang kurang pintar.
d. Keterampilan bekerja sama
Kemampuan untuk
bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang
tergambar dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu
didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota
lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan
berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan
pendapat dan memberi kontribusi kepada keberhasilan kelompok.
Menurut Arends
(2007: 5), bahwa pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai
tujuan belajar.
2) Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa
yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi.
3) Jika memungkinkan, tim-tim itu terdiri
atas campuran ras, budaya, dan gender.
4) Sistem reward-nya berorientasi kelompok
maupun individu.
D.
Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Prinsip-prinsip
Pembelajaran Kooperatif:
a. Prinsip Ketergantungan Positif (Positive
Interdependence).Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatupenyelesaian
tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukansetiap anggota kelompoknya.
Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiapanggota kelompok keberhasilan
penyelesaian tugas kelompok akanditentukan oleh kinerja masing-masing anggota.
Dengan demikian,semua anggota kelompok akan merasa saling ketergantungan.
b. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual
Accountability).Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang
pertama.Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiapanggotanya,
maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggungjawab sesuai dengan
tugasnya. Setiap anggota kelompok harusmemberikan yang terbaik untuk
keberhasilan kelompoknya. Untukmencapai hal tersebut, guru perlu memberikan
penilaian terhadapindividu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda,
akantetapi penilaian kelompok harus sama.
c. Interaksi Tatap Muka (Face to Face
Promotion Interaction).Pembelajaran kooperatif memb eri ruang dan kesempatan
yangluas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka salingmemberikan
informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatapmuka akan memberikan
pengalaman yang berharga kepada setiapanggota kelompok untuk bekerja sama,
menghargai setiap perbedaanindividu, memanfaatkan kelebihan masing-masing
anggota, danmengisi kekurangan masing-masing. Kelompok belajar
kooperatifdibentuk secara heterogen, dari segi budaya, latar belakang sosial,
dankemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akanmenjadi modal
utama dalam proses memperkaya antar anggotakelompok.
d. Partisipasi dan Komunikasi
(Participation Communication).Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat
mampuberpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat
pentingsebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Olehsebab itu,
sebelum melakukan kooperatif , guru perlu membekalisiswa dengan kemampuan
berkomunikasi. Tidak setiap siswamempunyai kemampuan berkomunikasi, misalnya
kemampuanmendengarkan dan kemampuan berbicara, padahal keberhasilankelompok
ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya.
E.
Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya,
kegiatan pembelajaran dipilahkan menjadi empat langkah, yaitu; orientasi,
bekerja kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan. Setiap langkah dapat
dikembangkan
lebih lanjut oleh para dosen dengan berpegang pada hakekat setiap
langkah sebagai berikut:
1) Orientasi
Sebagaimana
halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan diawali dengan orientasi untuk
memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan dipelajari serta bagaimana
strategi pembelajarannya. Dosen mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu,
langkah- langkah serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh mahasiswa, serta
sistem penilaiannya. Pada langkah ini mahasiswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan
pendapatnya tentang apa saja, termasuk cara kerja dan hasil akhir yang
diharapkan atau sistem penilaiannya. Negosiasi dapat terjadi antara dosen dan mahasiswa,
namun pada akhir orientasi diharapkan sudah terjadi kesepakatan bersama.
2) Kerja kelompok
Pada
tahap ini mahasiswa melakukan kerja kelompok sebagai inti kegiatan pembelajaran.
Kerja kelompok dapat dalam bentuk kegiatan memecahkan masalah, atau memahami
dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari. Kerja kelompok dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti berdiskusi, melakukan ekslporasi, observasi,
percobaan, browsing lewat internet, dan sebagainya. Waktu untuk bekerja kelompok
disesuaikan dengan luasdan dalamnya materi yang harus dikerjakan. Kegiatan yang
memerlukan waktu lama dapat dilakukan di luar jam pelajaran, sedangkan kegiatan
yang memerlukan sedikit waktu dapat dilakukan pada jam pelajaran.
Agar
kegiatan kelompok terarah, perlu diberikan panduan singkat sebagai
pedoman kegiatan. Sebaiknya panduan
ini disiapkan oleh dosen. Panduan harus
memuat tujuan, materi, waktu, cara
kerja kelompok dan tanggung jawab masingmasing anggota kelompok, serta hasil
akhir yang diharapkan dapat dicapai. Misalnya, mahasiswa diharapkan dapat
mengembangkan media tepatguna dalam pembelajaran.
Untuk itu,
mahasiswa secara bersama-sama perlu berdiskusi, melakukan analisis terhadap
komponen-komponen pembelajaran seperti; kompetensi apa yang diharapkan dicapai
oleh peserta didik, materi apa yang dipelajari, strategi
pembelajaran yang digunakan, serta
bentuk evaluasinya. Mahasiswa juga melakukan eksplorasi untuk mengembangkan
media tepatguna. Eksplorasi dapat dilakukan secara individual atau kelompok
sesuai kesepakatan. Hasil eksplorasi dibahas dalam kelompok untuk menghasilkan
media-mediapembelajaran tepatguna yang sesuai untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dosen berperan sebagai fasilitator dan dinamisator bagi
masing-masing kelompok, dengan cara melakukan pemantauan terhadap kegiatan
belajar mahasiswa, mengarahkan ketrampilan kerjasama, dan memberikan bantuan
pada saat diperlukan.
3) Tes/Kuis
Pada akhir
kegiatan kelompok diharapkan semua mahasiswa telah mampu memahami
konsep/topik/masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masingmasing mahasiswa
menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap konsep/topik/
masalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup penguasaan ranah kognitif,
afektif dan ketrampilan. Misalnya, bagaimana melakukan analisis pembelajaran?
Mengapa perlu melakukan analisis pembelajaran sebelum mengembangkan media?
Mahasiswa dapat juga diminta membuat prototype media tepat guna yang memiliki
tingkat interaktif tinggi dalam pembelajaran, dsb.
4) Penghargaan kelompok
Langkah ini
dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil
memperoleh kenaikan skor dalam tes individu. Kenaikan skor dihitung dari selisih
antara skor dasar dengan sekor tes individual. Menghitung skor yang didapat masing-masing
kelompok dengan cara menjumlahkan skor yang didapat mahasiswa di dalam kelompok
tersebut kemudian dihitung rata-ratanya. Selanjutnya berdasarkan skor rata-rata
tersebut ditentukan penghargaan masing-masing kelompok. Misalnya, bagi kelompok
yang mendapat rata-rata kenaikan skor sampai dengan 15 mendapat penghargaan
sebagai “Good Team”. Kenaikan skor lebih dari 15 hingga 20 mendapat penghargaan
“Great Team”. Sedangkan kenaikan skor lebih dari 20 sampai 30 mendapat
penghargaan sebagai “Super Team”.
Anggota kelompok
pada periode tertentu dapat diputar, sehingga dalam satu
satuan waktu pembelajaran anggota
kelompok dapat diputar 2-3 kali putaran. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
dinamika kelompok di antara anggota kelompok dalam kelompok tersebut. Di akhir
tatap muka dosen memberikan kesimpulan terhadap materi yang telahdibahas pada
pertemuan itu, sehingga terdapat kesamaan pemahaman pada semua mahasiswa.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk
kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar
pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pelajaran.
Unsur-unsur
pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan positif, interaksi tatap
muka, tanggung jawab perseorangan, komunikasi antar anggota kelompok, evaluasi
proses kelompok. Karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu siswa harus
memiliki tujuan yang sama, rasa saling menolong, saling bertukar pikiran,
saling menghargai, saling membagi tugas, dan dapat dipertanggungjawabkan secara
kolompok.
Tipe-tipe
pembelajaran kooperatif yaitu tipe STAD (Student Team Achievement Division)
yang dikembangkan oleh Slavin tahun 1978, tipe Jigsaw yang dikembangkan oleh
Elliot Arronson dan temannya tahun 1978, tipe GI (Group Investigation) oleh
Sholomo Sharan dan temannya tahun 1984, tipe TSP (Think Pair Share), tipe NHT
(Numbered Heads Together), tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) yang dikembangkan oleh Spencer Kagan,
tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) yang dikembangkan
oleh Slavin, Stevans, Madden, dan Farnish, tipe Make A Match (Membuat Pasangan)
dikembangkan oleh Lorna Curran tahun 1994.
Keunggulan model
pembelajaran kooperatif yaitu: siswa tidak ber- gantung kepada guru, mampu
mengekplorasikan ide dan gagasannya, saling menerima perbedaan, saling bertukar
pendapat, meningkatkan semangat belajar, siswa menjadi aktif. Kelemahan model
pembela- jaran kooperatif yaitu: dibutuhkan tenaga yang lebih dari guru untuk
mengatur siswadan menyiapkan materi, dapat terjadi perdebatan kecil, siswa
lebih cenderung bergurau dengan temannya, membutuhkan fasili- tas yang memadai,
terjadi perluasan masalah sehingga waktu terbuang sia-sia, terkadang diskusi
didominasi seseorang saja sehingga siswa lain menjadi pasif.
B. Saran
Untuk para
pengajar dalam proses pembelajaran lebih baik meng- gunakan strategi kooperatif
dengan berbagai tipe seperti penjelasan di atas karena dapat membuat siswa
lebih cepat menerima daripada meng- gunakan strategi yang konvensional.
Apabila
menggunakan pembelajaran kooperatif guru harus selalu mem- bimbing siswa dalam
berdiskusi agar tujuan pembelajaran dapat ter- capai.
Untuk
mendapatkan hasil yang optimal setiap siswa harus aktif dalam berdiskusi dan
harus saling menghargai setiap pendapat, ide, atau ga- gasan dari anggota yang
lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Aprilio, M, F. Tanpa tahun.
Pembelajaran Kooperatif, (Online), (www.muhfida.
com/pembelajaran-cooperative-learning.html), diakses 2 November 2011.
http://www.ustadzgauljampang.blogspot.com
Herdian. 2009. Model Pembelajaran
NHT, (Online), (www.herdy07.wordpress.
com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together.html), diakses 2
November 2011.
Ibrahim. 2000. Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya: Surabaya University Press.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning.
Bandung: Alfabeta.
Lie, Anita. 2002. Mempraktikan
Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Malik, H. 2011. Cooperative
Learning, (Online), (www.edukasi.kompasiana.com/
2011/11/01/%E2%80%9Ccooperative-learning%E2%80%9D.html), diak- ses 2 November
2011.
Pandoyo. 1992. Strategi Belajar
Mengajar. Semarang: IKIP Semarang Press.
Rudi. 2011. Pembelajaran Kooperatif
Tipe TPS, (Online), (www.rudyunesa.blog-
spot.com/2011/07/pembelajaran-kooperatif-tipe-think-pair-share.html), di- akses
2 November 2011.
Slavin, R, E. 2008. Cooperative
Learning. Bandung: Nusa Media