Jumat, 27 Desember 2013

Karakteristik Kooperatif



BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Adanya kecenderungan sekolah-sekolah membentuk kelas-kelas unggulan atas dasar prestasi akademik dewasa ini patut dikaji ulang. Apakah kecenderungan itu didasari atas pertimbangan yang sejalan dengan tujuan pendidikan kita ataukah karena pertimbangan lain sesuai dengan permintaan pasar yang bersifat sesaat?
Terlepas dari mana yang benar, fenomena yang muncul dalam sistem persekolahan yang ada sekarang ini cenderung memperlakukan siswa secara kurang adil dan kurang humanistis. Siswa pandai diberi label unggul dengan segala fasilitas yang diberikannya, sementara siswa yang di kelas tak unggul memperoleh label kurang dan predikat negatif yang lain. Siswa pada kelompok unggul berkompetisi secara keras dan cenderung individualistik. Sementara siswa di kelas tidak unggul merasa tidak mampu, frustasi dan selanjutnya menerima keadaan itu
Persoalan lain yang menunjukan aspek kompetitif dan individualistik dalam pendidikan kita adalah model pembelajaran langsung (model pembelajaran konvensional). Pada pembelajaran konvensional, guru menjadi pusat pembelajaran, berperan mentransfer dan meneruskan (transmit) informasi sehingga siswa tidak perlu mengkonstruksi ide-idenya. Tingkat partisipasi siswa sangat terbatas karena arus interaksi didominasi oleh guru. Bentuk penugasan dalam pembelajaran ini bersifat individual. Sebagai konsekuensinya, evaluasi yang diterapkan dikelaspun juga individual.
Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri siswa, diantaranya adalah kemampuan, minat, motivasi, keaktifan belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, diantaranya adalah model pembelajaran.
Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung efektif dan optimal. Salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.
Wagitan (2006) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat menjadi salah satu alternatif karena banyak  pendapat yang menyatakan bahwa pembelajaran aktif termasuk kooperatif mampu meningkatkan efektivitas pembelajaran. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif dapat mengubah peran guru, dari yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dan hubungan antar manusia.
Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.

B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
ü  Apa pengertian dan konsep dasar dari pembelajaran kooperatif?
ü  Apa saja karakteristik pembelajaran kooperatif?
ü  Apa saja Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif?
ü  Apa Prosedur pembelajaran kooperatif?
C.       Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:
ü  Mengetahui tentang pembelajaran kooperatif
ü  Mengetahui karakterisitik model pembelajaran kooperatif
ü  Mengetahui tentang prinsip-prinsip dan prosedur pembelajaran kooperatif


























BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Slavin (1994) menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”.
Johnson & Johnson (1987) dalam Isjoni (2009:17) menyatakan bahwa “pengertian model pembelajaran kooperatif yaitu mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut”.
Menurut Rustaman (2003:206) dalam www.muhfida.com (2009) “pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional”.
Lie (2008:12) menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur”.
Isjoni (2009:15) menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan terjemahan dari istilah cooperative learning. Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim”.
Hasan (1996) menyimpulkan bahwa kooperatif  mengandung pengertian bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya.
Sugandi (2002:14) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok”.
Menurut Sugiyanto (2008:35) “pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.
Malik (2011) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis untuk sampai kepada pengalaman individual dan kelompok, saling membantu, berdiskusi, ber- argumentasi dan saling mengisi untuk memperoleh pemahaman bersama”.
Menurut Wikipedia (2011) “pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antar siswa”.
Dari beberapa definisi diatas dapat diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Falsafah yang mendasari pembelajaran cooperative learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

B.     Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya manusia mempunyai perbedaan, dengan perbedaan itu manusia saling asah, asih, asuh (saling mencerdaskan). Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan saling menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak hanya terpaku belajar pada guru, tetapi dengan sesama siswa juga.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.

C.     Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Suyanti (2010: 99-100) karakteristik pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.       Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.
b.      Didasarkan pada manajemen kooperatif
Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok yaitu Perencanaan, Organisasi, Pelaksanaan, dan Kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok. Oleh sebab itu, perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes.
c.       Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu, misalnya siswa yang pintar membantu siswa yang kurang pintar.
d.      Keterampilan bekerja sama
Kemampuan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambar dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat dan memberi kontribusi kepada keberhasilan kelompok.
Menurut Arends (2007: 5), bahwa pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar.
2)      Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi.
3)      Jika memungkinkan, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender.
4)      Sistem reward-nya berorientasi kelompok maupun individu.

D.    Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif:
a.       Prinsip Ketergantungan Positif (Positive Interdependence).Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatupenyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukansetiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiapanggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akanditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian,semua anggota kelompok akan merasa saling ketergantungan.
b.      Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability).Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama.Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiapanggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggungjawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota kelompok harusmemberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untukmencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadapindividu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akantetapi penilaian kelompok harus sama.
c.       Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction).Pembelajaran kooperatif memb eri ruang dan kesempatan yangluas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka salingmemberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatapmuka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiapanggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaanindividu, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, danmengisi kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatifdibentuk secara heterogen, dari segi budaya, latar belakang sosial, dankemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akanmenjadi modal utama dalam proses memperkaya antar anggotakelompok.
d.      Partisipasi dan Komunikasi (Participation Communication).Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampuberpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat pentingsebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Olehsebab itu, sebelum melakukan kooperatif , guru perlu membekalisiswa dengan kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswamempunyai kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuanmendengarkan dan kemampuan berbicara, padahal keberhasilankelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya.

E.     Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran dipilahkan menjadi empat langkah, yaitu; orientasi, bekerja kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan. Setiap langkah dapat
dikembangkan lebih lanjut oleh para dosen dengan berpegang pada hakekat setiap
langkah sebagai berikut:
1)      Orientasi
Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan diawali dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan dipelajari serta bagaimana strategi pembelajarannya. Dosen mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah- langkah serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh mahasiswa, serta sistem penilaiannya. Pada langkah ini mahasiswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tentang apa saja, termasuk cara kerja dan hasil akhir yang diharapkan atau sistem penilaiannya. Negosiasi dapat terjadi antara dosen dan mahasiswa, namun pada akhir orientasi diharapkan sudah terjadi kesepakatan bersama.
2)      Kerja kelompok
Pada tahap ini mahasiswa melakukan kerja kelompok sebagai inti kegiatan pembelajaran. Kerja kelompok dapat dalam bentuk kegiatan memecahkan masalah, atau memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari. Kerja kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berdiskusi, melakukan ekslporasi, observasi, percobaan, browsing lewat internet, dan sebagainya. Waktu untuk bekerja kelompok disesuaikan dengan luasdan dalamnya materi yang harus dikerjakan. Kegiatan yang memerlukan waktu lama dapat dilakukan di luar jam pelajaran, sedangkan kegiatan yang memerlukan sedikit waktu dapat dilakukan pada jam pelajaran.
Agar kegiatan kelompok terarah, perlu diberikan panduan singkat sebagai
pedoman kegiatan. Sebaiknya panduan ini disiapkan oleh dosen. Panduan harus
memuat tujuan, materi, waktu, cara kerja kelompok dan tanggung jawab masingmasing anggota kelompok, serta hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai. Misalnya, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan media tepatguna dalam pembelajaran.
Untuk itu, mahasiswa secara bersama-sama perlu berdiskusi, melakukan analisis terhadap komponen-komponen pembelajaran seperti; kompetensi apa yang diharapkan dicapai oleh peserta didik, materi apa yang dipelajari, strategi
pembelajaran yang digunakan, serta bentuk evaluasinya. Mahasiswa juga melakukan eksplorasi untuk mengembangkan media tepatguna. Eksplorasi dapat dilakukan secara individual atau kelompok sesuai kesepakatan. Hasil eksplorasi dibahas dalam kelompok untuk menghasilkan media-mediapembelajaran tepatguna yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dosen berperan sebagai fasilitator dan dinamisator bagi masing-masing kelompok, dengan cara melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar mahasiswa, mengarahkan ketrampilan kerjasama, dan memberikan bantuan pada saat diperlukan.
3)   Tes/Kuis
Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua mahasiswa telah mampu memahami konsep/topik/masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masingmasing mahasiswa menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap konsep/topik/ masalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup penguasaan ranah kognitif, afektif dan ketrampilan. Misalnya, bagaimana melakukan analisis pembelajaran? Mengapa perlu melakukan analisis pembelajaran sebelum mengembangkan media? Mahasiswa dapat juga diminta membuat prototype media tepat guna yang memiliki tingkat interaktif tinggi dalam pembelajaran, dsb.
4)      Penghargaan kelompok
Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes individu. Kenaikan skor dihitung dari selisih antara skor dasar dengan sekor tes individual. Menghitung skor yang didapat masing-masing kelompok dengan cara menjumlahkan skor yang didapat mahasiswa di dalam kelompok tersebut kemudian dihitung rata-ratanya. Selanjutnya berdasarkan skor rata-rata tersebut ditentukan penghargaan masing-masing kelompok. Misalnya, bagi kelompok yang mendapat rata-rata kenaikan skor sampai dengan 15 mendapat penghargaan sebagai “Good Team”. Kenaikan skor lebih dari 15 hingga 20 mendapat penghargaan “Great Team”. Sedangkan kenaikan skor lebih dari 20 sampai 30 mendapat penghargaan sebagai “Super Team”.
Anggota kelompok pada periode tertentu dapat diputar, sehingga dalam satu
satuan waktu pembelajaran anggota kelompok dapat diputar 2-3 kali putaran. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan dinamika kelompok di antara anggota kelompok dalam kelompok tersebut. Di akhir tatap muka dosen memberikan kesimpulan terhadap materi yang telahdibahas pada pertemuan itu, sehingga terdapat kesamaan pemahaman pada semua mahasiswa.





















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Unsur-unsur pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, tanggung jawab perseorangan, komunikasi antar anggota kelompok, evaluasi proses kelompok. Karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu siswa harus memiliki tujuan yang sama, rasa saling menolong, saling bertukar pikiran, saling menghargai, saling membagi tugas, dan dapat dipertanggungjawabkan secara kolompok.
Tipe-tipe pembelajaran kooperatif yaitu tipe STAD (Student Team Achievement Division) yang dikembangkan oleh Slavin tahun 1978, tipe Jigsaw yang dikembangkan oleh Elliot Arronson dan temannya tahun 1978, tipe GI (Group Investigation) oleh Sholomo Sharan dan temannya tahun 1984, tipe TSP (Think Pair Share), tipe NHT (Numbered Heads Together), tipe Two Stay Two Stray  (TS-TS) yang dikembangkan oleh Spencer Kagan, tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) yang dikembangkan oleh Slavin, Stevans, Madden, dan Farnish, tipe Make A Match (Membuat Pasangan) dikembangkan oleh Lorna Curran tahun 1994.
Keunggulan model pembelajaran kooperatif yaitu: siswa tidak ber- gantung kepada guru, mampu mengekplorasikan ide dan gagasannya, saling menerima perbedaan, saling bertukar pendapat, meningkatkan semangat belajar, siswa menjadi aktif. Kelemahan model pembela- jaran kooperatif yaitu: dibutuhkan tenaga yang lebih dari guru untuk mengatur siswadan menyiapkan materi, dapat terjadi perdebatan kecil, siswa lebih cenderung bergurau dengan temannya, membutuhkan fasili- tas yang memadai, terjadi perluasan masalah sehingga waktu terbuang sia-sia, terkadang diskusi didominasi seseorang saja sehingga siswa lain menjadi pasif.

B. Saran
Untuk para pengajar dalam proses pembelajaran lebih baik meng- gunakan strategi kooperatif dengan berbagai tipe seperti penjelasan di atas karena dapat membuat siswa lebih cepat menerima daripada meng- gunakan strategi yang konvensional.
Apabila menggunakan pembelajaran kooperatif guru harus selalu mem- bimbing siswa dalam berdiskusi agar tujuan pembelajaran dapat ter- capai.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal setiap siswa harus aktif dalam berdiskusi dan harus saling menghargai setiap pendapat, ide, atau ga- gasan dari anggota yang lain.


















DAFTAR PUSTAKA

Aprilio, M, F. Tanpa tahun. Pembelajaran Kooperatif, (Online), (www.muhfida. com/pembelajaran-cooperative-learning.html), diakses 2 November 2011.
http://www.ustadzgauljampang.blogspot.com
Herdian. 2009. Model Pembelajaran NHT, (Online), (www.herdy07.wordpress. com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together.html), diakses 2 November 2011.
Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Surabaya University Press.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
Lie, Anita. 2002. Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Malik, H. 2011. Cooperative Learning, (Online), (www.edukasi.kompasiana.com/ 2011/11/01/%E2%80%9Ccooperative-learning%E2%80%9D.html), diak- ses 2 November 2011.
Pandoyo. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Semarang: IKIP Semarang Press.

Rudi. 2011. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS, (Online), (www.rudyunesa.blog- spot.com/2011/07/pembelajaran-kooperatif-tipe-think-pair-share.html), di- akses 2 November 2011.
Slavin, R, E. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media