BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Fitrah
manusia adalah sebagai makhluk ber-tuhan, individual, sosial, dan unik.
Seseorang mungkin mempunyai kebutuhan yang sama atau berbeda dengan kebutuhan
orang lain pada suatu ruang dan waktu tertentu. Untuk memelihara dan
mengembangkan kehidupan manusia, kebutuhan-kebutuhan itu perlu dipenuhi.
Apabila
kebutuhan-kebutuhan tidak terpenuhi dengan baik maka mungkin kehidupan manusia
akan mengalami hambatan. Dengan kata lain, apabila kebutuhan tidak terpenuhi
maka terjadilah masalah. Dan kebutuhan pendidikan merupakan kebutuhan
individual yang sangat penting bagi kehidupan yang lebih baik.
B. Kajian
Pustaka
· Manusia; manusia adalah makhluk dwi
tunggal yang terdiri atas jasmaniah dan rohaniah. Manusia adalah makhluk yang
dinamis dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia
dalam arti yang luas baik lahiriah maupun batiniyah, dunia dan ukhrowi.
·
Kebutuhan
pendidikan; pengertian tentang kebutuhan pendidikan dikemukakan antara lain
oleh Malcom S Knowles, kebutuhan pendidikan adalah suatu pembelajaran yang
dibutuhkan oleh seseorang demi kehidupannya yang lebih baik, baik dalam lingkup
sebuah organisasi maupun kemasyarakatan.[1][3] Menurut
pengertian tersebut maka kebutuhan pendidikan adalah sesuatu yang harus
dipelajari oleh seseorang guna kemajuan kehidupan dirinya, lembaga yang ia
masuki dan atau untuk kemajuan masyarakat.
C. Permasalahan
1.
Apa macam-macam kebutuhan manusia?
2.
Apa faktor yang mempengaruhi
kebutuhan pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pendidikan
Pendidikan,
berbicara mengenai berarti kita berbicara terkait pola hidup dan pola pikir
kita sebagai seorang individu. Pendidikan adalah gambaran kasar diri kita,
cermin dalam hidup manusia secara individu maupun berkelompok. Sedangkan
pendidikan sendiri itu apa ? Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan dapat dilihat dalam dua sisi
yaitu: (1) pendidikan sebagai praktik dan (2) pendidikan sebagai teori.
Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat
diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca: peserta
didik) agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori
yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang
berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol berbagai
gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman
pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk
melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas.
Pendidikan tidak hanya dipandang
sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan ketrampilan saja, namun
diperluas, sehingga mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan
kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang
memuaskan. Pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan
kehidupan yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak sekarang yang sedang
mengalami perkembangan menuju ke tingkat kedewasaan.Pendidikan haruslah
ditafsirkan secara luas, kini pendidikan dibatasi hanya sebagai schoolling,
oleh sebab itu tanggung jawab pendidikan oleh masyarakat telah dilimpahkan
semuanya oleh sekolah. Hal ini telah menyebabkan terasingnya pendidikan dari kehidupan
nyata dan terlemparnya masyarakat dari tanggung jawab pendidikan.
Kegiatan pendidikan dalam garis besarnya dapat dibagi tiga:
(1) kegiatan pendidikan oleh diri sendiri.
(2) kegiatan pendidikan oleh lingkungan
(3) kegiatan pendidikan oleh orang lain terhadap orang
tertentu
B.
Rekayasa Pendidikan
Kebutuhan manusia terhadap pendidikanmerupakan
kebutuhan
asasi
dalam rangka mempersiapkan setiap insan sampai pada suatu tingkat di mana
mereka mampu menunjukkan kemandirian yang bertanggung jawab, baik terhadap
dirinya maupun terhadap lingkungannya.Dalam konteks ini, pendidikan melatih
manusia untuk memiliki tingkat penyesuaian diri yang baik dalam berinteraksi
dengan lingkungan (baik dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan alam).Prof.John S.Brubacher, mengemukakan: bahwa pendidikan
dapat diartikan sebagai suatu proses penyesuaian diri secara timbal
balik dari seseorang dengan manusia lainnya dan dengan lingkungannya.
Dari ungkapan Brubacher tadi, jelas bahwa dengan adanya
penyesuaian-penyesuaian tersebut akan membawa manusia kepada terbentuknya suatu
kemampuan dan peningkatan kapasitas individual yang secara perlahan menunjukkan
adanya perubahan-perubahan. Dalam konteks pendidikan, perubahan-perubahan
tersebut merupakan proses yang terjadi pada potensi yang telah ada, untuk
selanjutnya menjadi nyata, berkembang dan menjadi lebih baik.
Sejalan dengan pendapat di atas, M.J.Adler, mengemukakan
bahwa pendidikan pada manusia bertujuan untuk melatih dan membiasakan manusia
sehingga potensi, bakat dan kemampuannya menjadi lebih sempurna.Ini
menggambarkan bahwa manusia membutuhkan pendidikan untuk menjadikan manusia
lebih baik, lebih maju dan lebih sempurna.
C. Manusia
daan Proses Penyempurnaan diri
Perbedaan-perbedaan
ini muncul dalam benak manusia karena pada dasarnya yang bertuhan adalah
manusia, di mana manusia itu lahir, tumbuh dan berkembang dibentuk dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dijumpai dalam realitas sejarah hidupnya.
Jadi,
bila langkah pertama untuk mengenal Tuhan adalah mengenal diri sendiri terlebih
dahulu secara benar, maka langkah pertama yang harus kita tempuh ialah
bagaimana mengenal diri kita secara benar.
Bagi
mereka yang berpandangan atau terbiasa dengan metode berpikir
empirisme-materialistik akan sulit diajak untuk menghayati makna penyempurnaan
kualitas insani sebagaimana yang lazim diyakini di kalangan para sufi.
Kritik
terhadap aliran materialisme akhir-akhir ini semakin gencar, dan akan mudah
dijumpai pada berbagai bidang studi keilmuan Barat kontemporer dengan dalih,
antara lain, paham ini telah mereduksi keagungan manusia yang dinyatakan Tuhan
sebagai moral and religious being.
Ralph
Ross, misalnya, memberikan contoh yang amat sederhana tetapi gamblang betapa
miskinnya penganut materialisme dalam memahami kehidupan yang penuh nuansa ini.
Progressive
reductionism works as follows. An art object is only mass and light waves; an
act of love only chemiphysical, only electrical charges; therefore, the art
object or act of love is only a flow of electricity. (Ralph Ross, 1962,
hal. 8).
Pandangan
yang begitu dangkal tentang manusia secara tegas dikritik oleh Alquran. Menurut
doktrin Alquran, manusia adalah wakil
Tuhan di muka bumi untuk melaksanakan 'blueprint'-Nya membangun
bayang-bayang surga di bumi ini (QS. 2:3).
Lebih
dari itu, dalam tradisi sufi terdapat keyakinan yang begitu populer bahwa
manusia sengaja diciptakan Tuhan karena dengan penciptaan itu Tuhan akan
melihat dan menampakkan kebesaran
diri-Nya.
Kuntu
kanzan makhfiyyan fa ahbabtu an u'rafa fa khalaqtu al-khalqa fabi 'arafuni (Aku
pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal.
Kuciptakanlah makhluk, maka melalui Aku mereka kenal Aku).
Terlepas
apakah riwayatnya sahih ataukah lemah, pada umumnya orang suf menerima hadis
tersebut, namun dengan beberapa penafsiran yang berbeda. Meski demikian, mereka
cenderung sepakat bahwa manusia adalah microcosmos yang memiliki sifat-sifat
yang menyerupai Tuhan dan paling potensial mendekati Tuhan (Bandingkan QS. 41: 53).
Dalam
QS. 15: 29, misalnya, Allah menyatakan bahwa dalam diri manusia memang terdapat
unsur Ilahi yang dalam Alquran beristilah "min ruhi." Pendek kata,
realitas manusia memiliki jenjang-jenjang dan mata rantai eksistensi. Bila
diurut dari bawah, unsurnya ialah minerality, vegetality, animality, dan
humanity
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpyulan
Dari keterangan yang telah kami
paparkan di atas ada beberapa poin penting yang menjadi perhatian dalam
penulisan makalah ini, yakni:
ü Pengertian
pendidikan
ü Beberapa
faktor yang mempengaruhi rekayasan pendidikan
ü Manusia
dan proses penyempurnaannya.
pendidikan
merupakan kebutuhan asasi manusia, tanpa pendidikan manusia tidak dapat
mencapai kesempurnaan dirinya sebagai hamba Allah dan sekaligus khalifahNya.
Sebagai hamba Allah (sesuai naturnya) ia berkewajiban mengikuti aturan dan
mentaati kehendak dan perintahNya. Hanya saja karena diri manusia dilengkapi
dengan kemampuan dasar memilih, maka ketundukannya kepada Allah tidaklah
terjadi secara otomatis, melainkan melalui pilihan dan keputusannya sendiri.
Oleh karena itu Allah senantiasa mengingatkannya melalui para Rasul dan para
ulama sebagai penerus RasulNya (termasuk para pendidik muslim melalui proses
pendidikan) supaya manusia tetap berada pada natur aslinya yaitu patuh dan
tunduk kepada Allah swt.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Nur
Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta, PT.Rineka Cipta, 1997
Ø Fuad
Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta, PT.Rineka Cipta, 2000
Ø Sudjana
S, Pendidikan Non Formal, Falah Production, Bandung, 2004
Ø Muzdalifah, Psikologi,
Buku Daros, STAIN Kudus, Kudus, 2009
Ø John S.Brubacher, Modern
Philosophies of Education, 4th
edition(New Delhi, Tata Mc Grow Hill Publishing Company Ltd, 1981