Kamis, 26 Desember 2013

Manusia dan Kebutuhan Pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Fitrah manusia adalah sebagai makhluk ber-tuhan, individual, sosial, dan unik. Seseorang mungkin mempunyai kebutuhan yang sama atau berbeda dengan kebutuhan orang lain pada suatu ruang dan waktu tertentu. Untuk memelihara dan mengembangkan kehidupan manusia, kebutuhan-kebutuhan itu perlu dipenuhi.
Apabila kebutuhan-kebutuhan tidak terpenuhi dengan baik maka mungkin kehidupan manusia akan mengalami hambatan. Dengan kata lain, apabila kebutuhan tidak terpenuhi maka terjadilah masalah. Dan kebutuhan pendidikan merupakan kebutuhan individual yang sangat penting bagi kehidupan yang lebih baik.
B.     Kajian Pustaka
·         Manusia; manusia adalah makhluk dwi tunggal yang terdiri atas jasmaniah dan rohaniah. Manusia adalah makhluk yang dinamis dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas baik lahiriah maupun batiniyah, dunia dan ukhrowi.
·         Kebutuhan pendidikan; pengertian tentang kebutuhan pendidikan dikemukakan antara lain oleh Malcom S Knowles, kebutuhan pendidikan adalah suatu pembelajaran yang dibutuhkan oleh seseorang demi kehidupannya yang lebih baik, baik dalam lingkup sebuah organisasi maupun kemasyarakatan.[1][3] Menurut pengertian tersebut maka kebutuhan pendidikan adalah sesuatu yang harus dipelajari oleh seseorang guna kemajuan kehidupan dirinya, lembaga yang ia masuki dan atau untuk kemajuan masyarakat.
C.     Permasalahan
1.      Apa macam-macam kebutuhan manusia?
2.      Apa faktor yang mempengaruhi kebutuhan pendidikan?




















BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian Pendidikan
     Pendidikan, berbicara mengenai berarti kita berbicara terkait pola hidup dan pola pikir kita sebagai seorang individu. Pendidikan adalah gambaran kasar diri kita, cermin dalam hidup manusia secara individu maupun berkelompok. Sedangkan pendidikan sendiri itu apa ? Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: (1) pendidikan sebagai praktik dan (2) pendidikan sebagai teori. Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca: peserta didik) agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas.
Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan ketrampilan saja, namun diperluas, sehingga mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan. Pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju ke tingkat kedewasaan.Pendidikan haruslah ditafsirkan secara luas, kini pendidikan dibatasi hanya sebagai schoolling, oleh sebab itu tanggung jawab pendidikan oleh masyarakat telah dilimpahkan semuanya oleh sekolah. Hal ini telah menyebabkan terasingnya pendidikan dari kehidupan nyata dan terlemparnya masyarakat dari tanggung jawab pendidikan.
Kegiatan pendidikan dalam garis besarnya dapat dibagi tiga:
(1) kegiatan pendidikan oleh diri sendiri.
(2) kegiatan pendidikan oleh lingkungan
(3) kegiatan pendidikan oleh orang lain terhadap orang tertentu

B.       Rekayasa Pendidikan
Kebutuhan manusia terhadap pendidikanmerupakan kebutuhan asasi dalam rangka mempersiapkan setiap insan sampai pada suatu tingkat di mana mereka mampu menunjukkan kemandirian yang bertanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya.Dalam konteks ini, pendidikan melatih manusia untuk memiliki tingkat penyesuaian diri yang baik dalam berinteraksi dengan lingkungan (baik dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan alam).Prof.John S.Brubacher, mengemukakan: bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses penyesuaian diri secara timbal balik dari seseorang dengan manusia lainnya dan dengan lingkungannya.
Dari ungkapan Brubacher tadi, jelas bahwa dengan adanya penyesuaian-penyesuaian tersebut akan membawa manusia kepada terbentuknya suatu kemampuan dan peningkatan kapasitas individual yang secara perlahan menunjukkan adanya perubahan-perubahan. Dalam konteks pendidikan, perubahan-perubahan tersebut merupakan proses yang terjadi pada potensi yang telah ada, untuk selanjutnya menjadi nyata, berkembang dan menjadi lebih baik.
Sejalan dengan pendapat di atas, M.J.Adler, mengemukakan bahwa pendidikan pada manusia bertujuan untuk melatih dan membiasakan manusia sehingga potensi, bakat dan kemampuannya menjadi lebih sempurna.Ini menggambarkan bahwa manusia membutuhkan pendidikan untuk menjadikan manusia lebih baik, lebih maju dan lebih sempurna.


C.       Manusia daan Proses Penyempurnaan diri
Perbedaan-perbedaan ini muncul dalam benak manusia karena pada dasarnya yang bertuhan adalah manusia, di mana manusia itu lahir, tumbuh dan berkembang dibentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dijumpai dalam realitas sejarah hidupnya.
Jadi, bila langkah pertama untuk mengenal Tuhan adalah mengenal diri sendiri terlebih dahulu secara benar, maka langkah pertama yang harus kita tempuh ialah bagaimana mengenal diri kita secara benar.
Bagi mereka yang berpandangan atau terbiasa dengan metode berpikir empirisme-materialistik akan sulit diajak untuk menghayati makna penyempurnaan kualitas insani sebagaimana yang lazim diyakini di kalangan para sufi.
Kritik terhadap aliran materialisme akhir-akhir ini semakin gencar, dan akan mudah dijumpai pada berbagai bidang studi keilmuan Barat kontemporer dengan dalih, antara lain, paham ini telah mereduksi keagungan manusia yang dinyatakan Tuhan sebagai moral and religious being.
Ralph Ross, misalnya, memberikan contoh yang amat sederhana tetapi gamblang betapa miskinnya penganut materialisme dalam memahami kehidupan yang penuh nuansa ini.
Progressive reductionism works as follows. An art object is only mass and light waves; an act of love only chemiphysical, only electrical charges; therefore, the art object or act of love is only a flow of electricity. (Ralph Ross,  1962,  hal. 8).
Pandangan yang begitu dangkal tentang manusia secara tegas dikritik oleh Alquran. Menurut doktrin Alquran, manusia adalah wakil  Tuhan di muka bumi untuk melaksanakan 'blueprint'-Nya membangun bayang-bayang surga di bumi ini (QS. 2:3).
Lebih dari itu, dalam tradisi sufi terdapat keyakinan yang begitu populer bahwa manusia sengaja diciptakan Tuhan karena dengan penciptaan itu Tuhan akan melihat  dan menampakkan kebesaran diri-Nya.
Kuntu kanzan makhfiyyan fa ahbabtu an u'rafa fa khalaqtu al-khalqa fabi 'arafuni (Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal. Kuciptakanlah makhluk, maka melalui Aku mereka kenal Aku).
Terlepas apakah riwayatnya sahih ataukah lemah, pada umumnya orang suf menerima hadis tersebut, namun dengan beberapa penafsiran yang berbeda. Meski demikian, mereka cenderung sepakat bahwa manusia adalah microcosmos yang memiliki sifat-sifat yang menyerupai Tuhan dan paling potensial mendekati Tuhan (Bandingkan  QS. 41: 53). 
Dalam QS. 15: 29, misalnya, Allah menyatakan bahwa dalam diri manusia memang terdapat unsur Ilahi yang dalam Alquran beristilah "min ruhi." Pendek kata, realitas manusia memiliki jenjang-jenjang dan mata rantai eksistensi. Bila diurut dari bawah, unsurnya ialah minerality, vegetality, animality, dan humanity










BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpyulan
Dari keterangan yang telah kami paparkan di atas ada beberapa poin penting yang menjadi perhatian dalam penulisan makalah ini, yakni:
ü  Pengertian pendidikan
ü  Beberapa faktor yang mempengaruhi rekayasan pendidikan
ü  Manusia dan proses penyempurnaannya.

       pendidikan merupakan kebutuhan asasi manusia, tanpa pendidikan manusia tidak dapat mencapai kesempurnaan dirinya sebagai hamba Allah dan sekaligus khalifahNya. Sebagai hamba Allah (sesuai naturnya) ia berkewajiban mengikuti aturan dan mentaati kehendak dan perintahNya. Hanya saja karena diri manusia dilengkapi dengan kemampuan dasar memilih, maka ketundukannya kepada Allah tidaklah terjadi secara otomatis, melainkan melalui pilihan dan keputusannya sendiri. Oleh karena itu Allah senantiasa mengingatkannya melalui para Rasul dan para ulama sebagai penerus RasulNya (termasuk para pendidik muslim melalui proses pendidikan) supaya manusia tetap berada pada natur aslinya yaitu patuh dan tunduk kepada Allah swt.











DAFTAR PUSTAKA
Ø  Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta, PT.Rineka Cipta, 1997
Ø  Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta, PT.Rineka Cipta, 2000
Ø  Sudjana S, Pendidikan Non Formal, Falah Production, Bandung, 2004
Ø  Muzdalifah, Psikologi, Buku Daros, STAIN Kudus, Kudus, 2009
Ø  John S.Brubacher, Modern Philosophies of Education, 4th edition(New Delhi, Tata Mc Grow Hill Publishing Company Ltd, 1981