BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Robert Gagne Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan
faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil
kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi
proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan
keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya
interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal
individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan
untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu.
Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi
individu dalam proses pembelajaran.
B. Rumusan masalah
Bagaimanakah sifat pendekatan informasi?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sifat Pendekatan
Pemprosesan Informasi
Sifat pendekatan pemrosesan informasi terdiri dari:
a. Informasi, Memori Dan
Pemikiran
Pendekatan pemprosesan informasi (information-processing approach)
menekankan bahwa anak-anak memanipulasi informasi, memonitor, dan
menyiasatinya. Inti dari pendekatan ini adalah proses memori dan pikiran.
Menurut pendekatan pemprosesan informasi, anak-anak mengembangkan kapasitas
untuk memproses informasi yang secara bertahap mengalami peningkatan. Hal
tersebut memungkinkan mereka untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
semakin kompleks (Keil, 2006; Munakata, 2006). Jadi, pendekatan pemprosesan
informasi adalah pendekatan kognitif yang menjelaskan cara anak-anak
memanipulasi informasi, memonitor, dan menyiasatinya. Inti pendekatan ini
adalah proses kognitif dari memori dan pikiran.
Behaviorisme dan
model pembelajaran asosiatif merupakan kekuatan yang dominan dalam psikologi
sampai 1950-an dan 1960-an, ketika banyak psikologi mulai mengakui bahwa mereka
tidak bisa menjelaskan proses belajar anak-anak tanpa merujuk pada
proses-proses mental, seperti memori dan pikiran (Gadner, 1985). Istilah
psikologi kognitif menjadi sebutan untuk pendekatan yang berusaha untuk
menjelaskan perilaku dengan cara menguji proses mental.
b. Sumber Kognitif:
Kapasitas dan Kecepatan Pemprosesan Informasi
Kemampuan
pemprosesan informasi anak-anak meningkat ketika mereka tumbuh dan menjadi
dewasa, serta ketika mereka mengenal dunia. Perubahan ini kemungkinan besar
dipengaruhi oleh peningkatan kapasitas dan kecepatan pemprosesan (Frye, 2004).
Dua karakteristik ini sering dirujuk sebagai sumber kognitif, yang dikemukakan
memiliki pengaruh penting terhadap memori dan penyelesaian masalah.
Sebagian besar
psikolog pemprosesan informasi berpendapat bahwa peningkatan dalam kapasitas
juga meningkatkan pemprosesan informasi (Case, 2000; Halford, 2004). Sebagai
contoh, ketika kapasitas juga meningkatkan pemprosesan informasi anak-anak
meningkat, kemungkinan besar mereka bisa meningkatkan beberapa dimensi sebuah
topik atau masalah secara bersamaan, sementara anak-anak yang lebih kecil cenderung
lebih berfokus pada satu informasi.
Para peneliti
telah menemukan beberapa cara untuk menilai kecepatan pemprosesan. Sebagai
contoh, kecepatan pemprosesan bisa dinilai melalui tugas waktu reaksi
(reaction-time task) di mana individu-individu diminta untuk menekan sebuah
tombol segera setelah mereka melihat stimulus, seperti lampu. Atau
individu-individu mungkin diminta untuk mencocokan huruf atau angka dengan
simbol-simbol pada layar komputer.
Ada banyak bukti
bahwa kecapatan individu-individu menyelesaikan tugas semacam itu meningkatkan
secara drastis selama tahun-tahun masa kanak-kanak (Kail, 2000). Kecepatan
pemprosesan terus meningkat pada masa remaja awal (Kuhn & Franklin, 2006;
Luna & yang lainnya, 2004). Dalam sebuah studi, anak-anak usia 10 tahun
rata-rata 1,8 kali lebih lambat dalam memproses informasi dibandingkan orang
dewasa dalam tugas-tugas, seperti waktu reaksi, mencocokan huruf, rotasi
mental, dan pencocokan abstrak (Hale, 1990). Anak-anak usia 12 tahun kira-kira
1,5 kali lebih lambat daripada orang dewasa, tetapi anak-anak usia 15 tahun
memproses informasi dalam tugas-tugas itu sama cepatnya dengan orang dewasa.
c. Mekanisme Perubahan
Menurut Robbert
Siegler (1998), ada tiga mekanisme yang bekerja sama menciptakan perubahan
dalam keterampilan kognitif anak-anak: pengodean, otomatisitas dan pembuatan
strategi.
· Pengkodean
(encoding) adalah proses di mana informasi disimpan ke dalam memori. Perubahan
dalam keterampilan kognitif anak-anak bergantung pada keterampilan yang semakin
baik dalam melakukan pengodean informasi yang relevan dan mengabaikan informasi
yang tidak relevan.
· Otomatisitas
(automaticity) merujuk pada kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit
usaha atau tanpa usaha. Latihan memungkinkan peningkatan kemampuan anak-anak
untuk mengodekan banyak informasi yang semakin banyak secara otomastis.
· Pembuatan stratgi
(strategy construction) adalah pembuatan prosedur baru untuk memproses
informasi. Selain mekanisme perubahan ini, pemprosesan informasi anak-anak
diidentikan dengan adanya modifikasi diri (Siegler, 1998, 2004, 2006; Siegler
& Alibali, 2005). Artinya, anak-anak belajar untuk menggunakan apa yang
telah mereka pelajari dalam keadaan sebelumnya untuk menyesuaikan respons
mereka terhadap situasi baru. Sebagian modifikasi dirinya menggunakan
metakognisi (metacognition) sebagai sumber, yang berarti mengetahui tentang
mengetahui (Flavell, 2004; Flavell, Miller & Miller, 2002; Kuhn &
Franklin, 2006).
B. Perhatian
Perhatian adalah memfokuskan sumber mental. Terdapat tiga macam
perhatian, yaitu:
1. Perhatian yang
terus-menerus (sustained attention), yaitu kemampuan untuk mempertahankan
perhatian pada stimulus pilihan dalam periode waktu yang lebih lama. Perhatian
yang terus-menerus juga dapat dikatakan sebagai waspada.
2. Perhatian selektif
(selective attention), yaitu memfokuskan perhatian pada aspek pengalaman
tertentu yang relevan, bersamaan dengan mengabaikan aspek lain yang tidak
relevan.
3. Perhatian yang
terbagi (divided attention), yaitu melibatkan konsentrasi pada lebih dari satu
aktivitas pada waktu yang bersamaan.
Perubahan perkembangan
Beberapa perubahan penting dalam perhatian muncul selama masa
kanak-kanak. Sebagian penelitian tentang perhatian berfokus pada perhatian
selektif. Sebuah studi terbaru terhadap anak-anak usia 5-7 tahun, menemukan
bahwa anak-anak yang usianya lebih tua dan anak-anak yang lebih diuntungkan
secara sosial dalam satu sampel, menolak gangguan dari permintaan yang bersaing
dan memfokuskan perhatian mereka dengan baik dibandingkan dengan anak-anak yang
usianya lebih muda dari mereka dan anak-anak yang dirugikan secara sosial
(Mezzseringpa, 2004).
Anak kecil mengalihkan perhatian mereka dari satu aktivitas ke aktivitas yang lain, dan tampaknya
menghabiskan sedikit wakyu yang difokuskan pada satu objek atau kejadian.
Sebaliknya anak prasekolah mungkin menonton televisi selama setengah jam pada
satu waktu (Glavecchio, 2001).
C. Memori
Memori atau ingatan adalah menyimpanan informasi di setiap waktu.
Bagaimana informasi yang didapat disimpan dalam memori, semuanya akan dibahas
disini.
a. Pengodean
Dalam bahasa sehari-hari, pengodean mempunyai banyak persamaan
dengan perhatian dan pembelajaran. Pengodean terdiri atas beberapa proses,
yaitu:
· Pengulangan
(rehearsal), adalah mengulang informasi secara sadar untuk meningkatkan lamnya
informasi tinggal dalam memori. Pengulangan berfungsi paling baik ketika anda
perlu pengodean dan mengingat serangkaian hal untuk jangka waktu yang pendek.
Namun pengulangan tidak berfungsi dengan baik untuk menyimpak informasi dalam
jangka waktu yang panjang, karena pengulangan seringkali hanya melibatkan
repetisi informasi diluar kepala tanpa menanamkan arti apapun di dalamnya.
· Pemrosesan yang
mendalam. Fergus Craik dan Robert Lockhart (1972) mengemukakan beberapa teori
untuk pengodean, yaitu: 1). Teori tingkat pemrosesan (level of processing
theory), menyatakan bahwa pemrosesan memori terjadi pada kontinum dari dangkal
ke mendalam, dengan pemrosesan yang lebih mendalam menghasilkan memori yang
lebih baik. Pemrosesan yang dangkal berarti menganalisis fitur-fitur fisik atau
sensori stimulus pada tingkat dangkal. Pada pemrosesan tingkat menengah, anda anda
mengenali stimulus dan memberikannya sebutan. Kemudian pada tingkat paling
dalam, anda memposes informasi secara semantis dalam hal maknanya. 2).
Elaborasi (elaboration) adalah luasnya pemrosesan informasi yang terlibat dalam
pengkodan. Satu alasan mengapa elaborasi berfungsi baik dalam pengkodean adalah
bahwa elaborasi menambah kekhususan kode memori.
· Pembentukan
gambaran. Allan Paivio (1971, 1986) berpendapat bahwa memori disimpan dalam dua
cara, yaitu; kode verbal atau sebagai kode gambar.
· Organisasi.
b. Penyimpanan
Penyimpanan memori melibatkan tiga jenis memori dengan kerangka
waktu yang berbeda, yaitu:
· Memori Sensori
(sensory memory) yaitu menyimpan informasi dari dunia dalam bentuk sensori
aslinya hanya untuk waktu sekejap, tidak lebih lama dari waktu singkat seorang
siswa terpapar olah sensasi penglihatan, pendengaran dan lainnya. Memori
sensori ini akan cepat sekali hilang.
· Memori Jangka
Pendek (short-term memory) yaitu sistem memori dengan kapasitas yang terbatas
dimana informasi tersebut disimpan selama 30 detik, kecuali informasi tersebut
diulang atau diproses secara lanjut, karena dengan adanya pemrosesan informasi
tersebut akan dapat disimpan dengan lebih lama. Dibandingkan dengan memori
sensoris, memori jangka pendek memang memiliki kapasitas terbatas, tapi dengan
durasi yang lebih lam dibandingkan dengan memori sensoris. Berhubungan dengan
memori jangka pendek Alan Baddeley (1993, 1998. 2000, 2001) mengemukakan bahwa
working memory adalah sistem tiga bagian yang yang secara temporer menyimpan
informasi ketika orang-orang mengerjakan tugas. Ada tiga komponen dalam working
memory, yaitu: 1). Putaran fonologis, dikhususkan untuk menyimpan informasi
berbasis pidato tentang bunyi bahasa secara singkat. 2). working memory visual
ruang, menyimpan informasi visual dan ruang, termasuk imajinasi visual. Seperti
putaran fonologis, working memory visual ruang memiliki kapasitas yang
terbatas. 3). Eksekutif sentral, memainkan peran penting dalam perhatian, perencanaan,
dan mengatur perilaku. Eksekutif sentral juga memilih strategi yang akan
dipakaiuntuk memproses informasi dan menyelesaikan masalah.
· Memori Jangka
Panjang (long-term memori), adalah jenis memori yang menyimpan banyak sekali
informasi untuk periode waktu yang lama dalam cara yang relatif permanen.
Kapasitas memori jangka panjang manusia sangatlah mengejutkan dan efisiensi
dimana individu-individu bisa mendapatkan kembali informasi sangatlah
mengesankan. Memori jangka panjang dibagi menjadi beberapa sub jenis, yaitu:
1). Memori Deklaratif (declarative memory) adalah pengumpulan informasi kembali
yang disengaja, seperti fakta atau peristiwa tertentu yang dapat
dikomunikasikan secara verbal. Endel Tulving (1972,2000), membagi memori
deklaratif menjadi dua, yaitu; a. Memori episodik, adalah ingatan mengenai
informasi tentang waktu dan tempat terjadinya peristiwa dalam kehidupan, b.
Memori semantik, pengetahuan umum seorang siswa tentang dunia. Yang mencakup,
jenis pengetahuan yang dipelajari disekolah, pengetahuan dalam bidang keahlian
yang berbeda dan pengetahuan sehari-hari. 2). Memori Prosedural (procedural
memory) adalah pengetahuan nondeklaratif dalam bentuk ketrampilan dan operasi
kognitif. Memori prosedural tidak dapat dikumpulkan kembali secara sadar,
setidaknya bukan dalam bentuk peristiwa atau fakta tertentu.
Tiga pendekatan utama dalam penyampaian informasi, yaitu:
· Teori Jaringan
(network theori) mendeskripsikan bagaimana informasi didalam memori diatur dan
dihubungkan. Teori ini menekankan titik temu dalam jaringan memori, titik temu
tersebut mewakili sebutan atau konsep.
· Teori Skema (schema
theories) menyatakan bahwa ketika kita merekonstruksi informasi, kita
menyesuaikannya dengan informasi yang sudah ada dalam pikiran kita. Skema
(schema) adalah informasi-konsep, pengetahuan, informasi tentang peristiwa-yang
sudah ada dalam pikiran seseorang. Tidak seperti teori jaringan, yang berasumsi
bahwa pemanggilan kembali melibatkan fakta tertentu, teori skema menyatakan bahwa
pencarian memori jangka panjang tidak sangat tepat. Skript (script) dalah skema
untuk suatu peristiwa. Skrip sering memiliki informasi tentang fitur fisik,
orang-orang, dan kejadian biasa. Jenis informasi ini bermanfaat ketika guru dan
siswa harus mengetahui apa yang terjadi disekeliling mereka.
· Teori Jejek yang
Tidak Jelas (fuzzy trace theory) menyatakan bahwa ketika individu melakukan
pengodean informasi, proses ini menghasilkan dua jenis penyampaian memori: 1).
Jejak memori verbatim, yang terdiri atas detail-detail yang sangat tepat, dan
2). Jejak yang tidak jelas, yang merupakan pemikiran sentral dari informasi
tersebut (Brainerd & Reyna, 1995, 2004).
c. Pemanggilan Kembali
dan Lupa
Pemanggilan Kembali. Ketika kita mendapatkan kembali sesuatu dari
“bank data” pikiran, kita menggeledah bilik memori untuk menemukan memori untuk
menemukan informasi yang relevan. Seperti halnya pengkodean, pencarian ini bisa
otomatis atau juga membutuhkan usaha. Pemanggilan kembali dipengaruhi oleh efek
posisi serial, ingatan lebih baik untuk hal-hal awal karena hal-hal awal dan
diahir sebuah daftar karena dapat dengan mudah diingat daripada hal-hal
ditengah. Pertimbangan lain dalam memahami pemanggilan kembali adalah prinsip
kekhususan pengodean (encoding specificity principle): bahwa asosiasi yang
terbentuk selama proses pengodean atau pembelajaran cebderung merupakan
petunjuk pemenggilan kembali yang efektif. Pengingatan kembali adalah tugas
dimana individu-individu harus mendapatkan kembali informasi yang dipelajari
senelumnya.
Lupa. Lupa dapat dijelaskan dalam beberapa macam: 1). Lupa yang
bergantung pada petunjuk (cue-independent forgetting) adalah kegagalan
pemanggilan kembali karena kurangnya petunjuk pemanggilan kembali yang efektif.
Gagasan lupa yang bergantung pada petunjuk dapat menjelaskan mengapa seseorang
siswa dapat gagal mendapatkan kembali fakta yang dibutuhkan untuk ujian
meskipun dia yakin ia ”mengetahui” informasi tersebut. 2). Teori interferensi
(interference theory), yang menyatakan bahwa kita lupa bukan karena kita
benar-benar kehilangan memori dari penyimpanan, tetapi karena informasi lain
menghalangi apa yang ingin kita ingat. Jadi, teori interferensi
mengimplikasikan bahwa, apabila anda memiliki lebih dari satu ujian untuk
diprlajari, anda harus terlebih dahulu mempelahari apa yang diujikan terahir
kali. 3). Teori kehilangan (decay theory), pembelajaran yang baru melinatkan
penciptaan “jejak memori” neurokimia, yang pada ahirnya akan hancur.
D. Keahlian
a. Keahlian Dan Pembelajaran
Menurut National Reseach Council (1999), terdapat lima
karakteristik penting keahlian dan pembelajaran dari para ahli adalah:
1. Mereka memperhatikan
barbagai fitur dan pola yang bermakna dari informasi yang tidak diperhatikan
oleh para pemula (Bransford & lainnya, 2006). Para ahli lebih baik dalam
memperhatikan fitur-fitur penting dari
masalah dan konteks yang mungkin di abaikan oleh para pemula. Jadi keunggulan
perhatian dari para ahli menempatkan meraka ditempat yang lebih menguntungkan
dari pada pemula dalam konteks pembelajaran. Para ahli juga memiliki
pengingatan kembali yang lebih baik tentang informasi dalam bidang keahlian
mereka. Proses chunking yang telah kita balas ssbelumnya merupakan salah satu
cara meraka mencapai pengingatan kembali yang unggul.
2. Mendapat banyak
pengetahuan materi yang diatur dalam cara yang mencerminkan pemahaman yang
mendalam tentang subyek tersebut. Pengetahuan para ahli di atur oleh seputar
ide atau konsep penting lebih baik bila di bandingkan dengan pengetahuan para
pemula (National Reseach Council, 1999). Ini memberikan para ahli pemahaman
yang jauh lebih mendalam akan pengetahuan dibandingkan yang dimiliki oleh para
pemula (Bransford & lainnya, 2006; Simon, 2001; Voss & yang lainnya,
1984). Para ahli dalam bidang tertentu biasanya memilki jaringan informasi yang jauh lebih
terelaborasi tentang bidang tersebut. Informasi yang mereka hadirkan dalam
memori mempunyai lebih banyak titik temu, lebih banyak keterkaitan dan
organisasi herarki yang lebih baik.
3. Dapat mendapatkan
kembali aspek-aspek penting pengetahuan mereka dengan sedikit usaha.
Pemanggilan kembali informasi yang relevan dapat berkisar dari pengerahan usaha
yang besar untuk menjadi lancar sampai hampir terlihat tanpa usaha (National
Reseach Council, 1999). Para ahli mendapatkan lagi informasi dalam cara yang
hampir tanpa usaha dan otomatis, sementara para pemula mengembangkan banyak
usaha untuk mendapatkan lagi informasi. Para pembaca yang sudah ahli bisa dengan cepat memindahi kata-kata dari
sebuah kalimat dan paragraf, yang memungkinkan mereka untuk mencurahkan
perhatian guna memahami apa yang mereka baca. Namun kemampuan para pembaca yang
masih pemula untuk pengkodean kata-kata masih belum lancar, sehingga mereka
harus mengalokasikan banyak perhatian dan waktu untuk memahami bacaan. Sebuah
aspek penting dari pengajaran adalah untuk membantu para siswa untuk
mengembangkan kelancaran yang mereka butuhkan untuk mengerjakan tugas kognitif
dengan cakap (Beck & lainnya, 1991).
4. Adaptif dalam
pendekatan mereka untuk situasi yang baru. Para ahli yang adaptif mampu untuk
memdeteksi situasi-situasi yang baru dengan fleksibel dari pada selalu merespon
suatu rutinitas yang kaku dan tetap( Bransford, dkk. 2006; Hartanto, 1990;
Hatano & Oura, 2003). Inovasi dan efisiensi merupakan dua dimensi utama
dari satu model keahlian adaptif (Bransford, dkk. 2006). Para ahli yang di
karakterisasikan oleh efisiensi dapat dengan cepat mendapatkan kembali dan
menerapkan informasi dalam cara yang terampil untuk menjelaskan sesuatu atau
menyelesaikan masalah. Para ahli yang di katakterisasikan oleh inovasi
melibatkan peralihan efisiensi, setidaknya dalam dasar jangka pendek, dan
pembuangan rutinitas sebelumnya. Inovasi muncul ketika individu-individu
melepaskan dan memikirkan kembali cara rutin mereka dalam melakukan sesuatu.
Para ahli yang adaptif termotivasi untuk belajar dari orang lain (Hammerness,
dkk, 2005).
5. Menggunakan strategi
yang efektif. Para ahli menggunakan strategi yang efektif dalam memahami
informasi dalam bidang keahlian mereka dan dalam memajukannya (Ornstein, Haden,
& Elischberger, 2006; Pressely & Hilden, 2006). Ada beberapa strategi
efektif yang bisa dikembangkan oleh siswa untuk menjadi ahli dalam pembelajaran
yaitu:
a. Mengembangkan dan
mengonsolidasi pembelajaran. Pembelajaran para siswa akan mendapatkan manfaat
ketika guru berbicara dengan mereka tentang pentingnya meninjau tentang apa
yang mereka pelajari dengan tetap. Pembelajaran yang tegesa–gesa cenderung
menghasilkan memori jangka pendek yang diproses secara dangkal.
b. Mengajukan pertanyaan
pada diri sendiri. Ketika para siswa mampu
menanyai diri sendiri tentang apa yanag meraka baca atau tentang satu
aktifitas, mereka memperluas jumlah asosiasi informasi yang perlu mereka
dapatkan kembali. Apabila anda secara priodis mengingatkan anak-anak untuk
membuat pertanyaan tentang pengalaman mereka, kemungkinan besar mereka akan
mengingat pengalaman tersebut.
c. Membuat catatan yang
bagus. Mencatat dari pelajaran atau buku pelajaran memberikan manfaat untuk
pembelajaran. Berilah anak-anak sedikit latihan dalam mecatat dan kemudian
mengevalusi catatan mereka. Berikut adalah strategi pencatatan yang bagus:
· Ringkasan. Setelah
anak-anak mendengarkan beberapa menit kemudian mintalah mereka untuk menuliskan
ide utama yang ingin disampaikan oleh pembicara dalam kerangka waktu itu.
· Uraian. Mintalah
anak-anak untuk menguraikan apa yang dikatakan oleh pembaicara.
· Peta konsep.
Bantulah anak-anak untuk melatih menggambarkan peta konsep yang mirip dengan
uraian tetapi menggambarkan informasi dalam format.
d. Menggunakan sistem
studi, berbagai sistem telah dikembangkan untuk membantu orang-orang mengingat
informasi yang mereka pelajari dari sebuah buku. Sistem baru yang dikembangkan
adalah PQ4R yang merupakan singkatan dari Preview, Question, Read, Reflect,
Recite dan Review. Sistem ini memberikan manfaat bagi siswa dengan mengajak
mereka untuk mengatur informasi, mengajukan pertanyaan tentangnya, merenungkanya
dan meninjaunya kembali. Berikut adalah detail-detail tentang langkah-langkah
dalam sistem PQ4R :
· Preview (meninjau).
Mintalah pada siswa anda untuk menyurvei secara singkat materi yang diberikan
untuk mendapatkan ide keseluruhan dari topik yang dibahas.
· Question
(bertanya). Doronglah siswa untuk menanyai diri mereka sendiri tentang materi
yang di ajarkan.
· Read (membaca).
Doronglah siswa anda untuk menjadi membaca yang aktif untuk memahami apa yang
di katakan oleh penulis.
· Reflect
(merenungkan). Doronglah anak untuk bersikap analitis dalam belajar untuk
memikirkan aplikasi dan interprestasi dari informasi yang mereka dapat.
· Recite
(menceritakan). Doronglah anak-anak untuk membuat serangkaian pertanyaan
tentang materi tersebut dan kemudian berusaha untuk menjawabnya.
· Review (meninjau
kembali). Beritau siswa untuk mengevaluasi seluruh materi dan mempelajari lagi
materi yang tidak mereka ingat atau fahami.
b. Mendapatkan Keahlian
Cara untuk mendapatkan keahlian dan juga menghendaki banyak bakat,
yaitu dengan memperbanyak latihan dan adanya motivasi yang mendukung untuk
mendapatkan keahlian tersebut.
Dalam hal ini di butuhkan latihan yang sifatnya disengaja, karena
latihan yang disengaja ini berada pada tingkat kesulitan yang sesuai dengan
individu tersebut sehingga individu ahirnya memberikan umpan balik korektif,
dan memungkinkan kesempatan repetisi (Ericson, 1996, 2006). Motivasi disini
juga sangat berpengaruh, dengan adanya motivasi individu akan cenderung lebih
bersemangat dalam berlatih.
· Bakat
Sejumlah psikolog yakin bahwasanya untuk menjadi seorang ahli tidak
hanya dibutuhkan latihan dan motivasi, tapi juga harus didukung dengan bakat
yang dimiliki. Memang bakat yang dimiliki seseorang akan menurun pada salah
satu anggota keluarganya, tapi bakat disini juga tidak akan dapat berkembang
tanpa adanya latihan secara intens dan motivasi.
c. Keahlian dan
Pengajaran
Terkadang
seseorang yang hebat dalam bidang tertentu belum tentu dapat mengajarkan apa
yang telah dipelajarinya, bahkan terkadang keahlian dapat merugikan pengajaran
karena para ahli lupa mana yang mudah dan mana yang sulit untuk siswanya
(National Reseach Council, 1999).
Beberapa pendidik
telah membedakan antara pengetahuan materi yang dibutuhkan untuk keahlian dan
pengetahuan materi pedagogis yang divutuhkan untuk pengajaran yang efektif (
Shulman, 1987). Pengetahuan materi pedagogis meliputi ide-ide tentang kesulitan
yang biasa dialami oleh siswa ketika mereka berusaha mempelajari materinya;
jalan yang seharusnya mereka ambil untuk memahami bidang tersebut; dan strategi
untuk membantu siswa dalam mengatasi kesulitan yang mereka alami.
E. Metakognisi
Pengetahuan metakognitif bisa dibedakan dari aktivitas
metakognitif. Pengetahuan metakognitif melibatkan pemantauan dan refleksi
pemikiran terbaru seseorang. Ini mencakup pengetahuan faktual, seperti
pengetahuan tentang tugas, tujuan diri sensiri atau diri sendiri dan
pengetahuan strategis, seperti bagaimana kita menggunakan prosedur tersebut
dalam menyelesaikan suatu masalah. Aktivitas metakognitif terjadi ketika para
siswa secara sadar menyesuaikan dan mengatur strategi pemikiran mereka selama
menyelesaikan permasalahan dan pemikiran yang memiliki maksud tertentu (Ferrari
& Sternberg, 1998; Khun dan lainnya, 1995).
Seorang ahli dalam pemikiran anak-anak, Denna Khun berpendapat
bahwa metakognisi seharusnya merupakan fokous dari upaya-upaya untuk membantu
anak-anak pemikir kritis yang lebih baik, terutama dalam tingkat menengah
pertama dam menengah atas. Ketrampilan kognitif urutan pertama memungkinkan
anak-anak untuk mengetahui tentang dunia (dan telah merupakan fokus utama dari
program pemikran kritis), dan ketrampilan kognitif urutan kedua-ketrampilan
meta pengetahuan- yang melibatkan pengetahuan tentang diri sendiri dan orang
lain.
a. Perubahan
Perkembangan
· Perkembangan
metakognisi pada masa kanak-kanak.
Metamemori. Pada usia 5 atau 6 tahun, anak-anak biasanya mengetahui
bahwa hal-hal yang sifatnya familiar lebih mudah untuk dipelajari dibandingkan
dengan hal-hal yang tidak bersifat familiar, bahwa daftar yang pendek lebih
mudah daripada yang panjang, bahwa pengenalan lebih mudah dibandingkan dengan
pengingatan kembali, dan bahwa lupa akan lebih mungkin terjadi dengan seiring
berjalannya waktu ( Lyon & Flavell, 1993). Anak-anak prasekolah memiliki
pendapat yang berlebihan tentang kemampuan memori mereka. Ketika memasuki
tahun-tahun sekolah dasar, anak-anak memberikan evaluasi yang lebih realistik
tentang ketrampilan memori mereka ( Schneider & Pressley, 1997).
Teori Pikiran (Theori Of Mind). Anak-anak tentunya juga merasa
ingin tahu tentang sifat dan pikiran manusia. Teori pikiran pada anak-anak akan
berubah ketika mereka mulai memasuki tahun-tahun masa kanak-kanak. Berikut
perubahannya:
§ Usia 2-3 tahun. Anak-anak
mulai memahami tiga keadaan mental: 1). Persepsi, anak-anak menyadari bahwa
orang lain melihat apa yang ada didepan mata mereka dan tidak selalu didepan
mata anak-anak, 2). Keinginan, anak-anak mengerti bahwa jika seseorang
menginginkan sesuatu maka ia akan berusaha untuk mendapatkannya, dan 3). Emosi,
anak-anak dapat membedakan antara emosi yang bersifat positif dan emosi yang
bersifat negatif.
§ Usia 4-5 tahun. Anak-anak
mulai mengerti bahwa pikiran dapat menyampaikan objek dan peristiwa secara
akurat dan tidak akurat.
§ Masa kanak-kanak
pertengahan dan ahir. Pada masa kanak-kanak menengah dan ahir, anak-anak
beralih dari pemahaman bahwa keyakinan bisa jadi merupakan pemahaman keyakinan
dan pikiran sebagai suatu hal yang “interpretatif”, yang ditunjukkan dalam
kesadaran bahwa peristiwa yang sama bisa terbuka untuk banyak interpretasi.
· Perkembangan
metakognisi pada masa remaja.
Dibandingkan dengan anak-anak, masa remaja memiliki kapasitas yang
lebih tinggi untuk memantau dan mengatur sumber kognitif agar secara efektif
memenuhi tuntutan tugas pembelajaran. Kemampuan metakognitif yang semakin baik
ini menghasilkan fungsi dan pembelajaran kognitif yang lebih efektif.
b. Model Pemrosesan
Informasi Yang Baik
Para ahli yakin bahwa ada tiga langkah utama untuk menjadikan
kognisi anak-anak menjadi baik, yaitu:
· Anak-anak diajari
oleh orang atau guru untuk menggunakan strategi tertentu. Semakin sering
anak-anak diberikan stimulasi intelektual baik disekolah maupun dirumah maka
akan memperbanyak strategi spesifik yang akan mereka temui dan mereka pelajari.
· Guru mungkin
menuujukkan persamaan dan perbedaan dalam banyak strategi dalam bidang
tertentu.
· Siswa mengenali
manfaat umum dari penggunaan strategi yang nantinya menghasilkan pengetahuan
strategi umum. Mereka berusaha menggabungkan hasil pembelajaran yang dirasa
berhasil dengan hasil pembelajaran dengan usaha yang mereka kerahkan dalam
mengevaluasi, memilih dan memantau penggunaan strategi (pengetahuan dan
aktivitas metakognitif).
c. Strategi Dan
Peraturan Metakognitif
Kunci dari pendidikan adalah membantu para siswa mempelajari
strategi yang kaya yang nantinya dapat menghasilkan solusi dari sebuah masalah.
Pemikir yang baik pasti tahu kapan dan dimana harus menggunakan strategi yang
dimilikinya. Pressely berpendapat bahwa ketika para siswa diberikan
pembelajaran tentang strategi yang efektif, mereka cenderung dapat menggunakan
strategi yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya. Ia menekankan bahwa
siswa mendapatkan manfaat ketika guru mempraktekkan strategi yang sesuai.
Mempelajari cara menggunakan strategi dengan efektif seringkali
membutuhkan waktu yang lama. Awalnya, dibutuhkan waktu untuk menjalankan
strategi tersebut, dan dibutuhkan bimbingan serta dukungan dari para guru.
Dengan latihan, para siswa belajar untuk menjalankan strategi tersebut dengan
lebih mudah dan lebih cepat. Latihan berarti para siswa meggunakan strategi
yang efektif secara terus menerus sampai mereka benar-benar dapat melakukannya
secara otomatis. Untuk menjalankan strategi dengan efektif mereka harus
menyimpan strategi tersebut dalam jangka panjang, dan latihan. Para pelajar
juga harus termotivasi untuk menjalankan strategi ini, jadi implikasi yang
penting untuk membantu para siswa mengembangkan strategi adalah setelah
strategi dipelajari, mereka biasanya membutuhkan lebih banyak waktu untuk mempelajarinya
sebelum dapat menggunakannya secara efisien.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar
yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan
dari otak (Slavin, 2000: 175). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang
memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama.
Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat
memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera.
Komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi
yang masuk adalah registrasi penginderaan. Registrasi penginderaan menerima
sejumlah besar informasi dari indera dan menyimpannya dalam waktu yang sangat
singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila tidak terjadi suatu proses terhadap
informasi yang disimpan dalam register penginderaan, maka dengan cepat
informasi itu akan hilang.
Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi penting
dalam pendidikan. Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi
bila informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk
membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam
kesadaran, (Slavin, 2000: 176).
Interpretasi seseorang terhadap rangsangan dikatakan sebagai
persepsi. Persepsi dari stimulus tidak langsung seperti penerimaan stimulus,
karena persepsi dipengaruhi status mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan,
motivasi, dan banyak faktor lain.
Informasi yang dipersepsi seseorang dan mendapat perhatian, akan
ditransfer ke komponen kedua dari sistem memori, yaitu memori jangka pendek.
Memori jangka pendek adalah sistem penyimpanan informasi dalam jumlah terbatas
hanya dalam beberapa detik. Satu cara untuk menyimpan informasi dalam memori
jangka pendek adalah memikirkan tentang informasi itu atau mengungkapkannya
berkali-kali. Guru mengalokasikan waktu untuk pengulangan selama mengajar.
Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat
menyimpan informasi untuk periode panjang. Tulving (1993) dalam (Slavin, 2000:
181) membagi memori jangka panjang menjadi tiga bagian, yaitu memori episodik,
yaitu bagian memori jangka panjang yang menyimpan gambaran dari
pengalaman-pangalaman pribadi kita, memori semantik, yaitu suatu bagian dari
memori jangka panjang yang menyimpan fakta dan pengetahuan umum, dan memori
prosedural adalah memori yang menyimpan informasi tentang bagaimana melakukan
sesuatu.
DAFTAR
PUSTAKA
Santrock, John.W. Psikologi Pendidikan.2009. Salemba Humanika:
Jakarta