BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Telah sama-sama kita
ketahui bahwasanya dalam setiap kita melakukan penelitian, maka kita telah
mendapatkan data yang belum tersusun atau tertata dengan baik boleh dikatakan
masih berbentuk data yang belum sempurna, maka dari itu dibutuhkan proses
lanjut salah satunya mengubah data kedalam bentuk yang diinginkan dengan
menggunakan tekhnik analisis korelasional. Agar
dapat memberikan informasi yang tepat, ringkas dan jelas. Karena merupakan
hal yang sangat nerugikan apabila kita sebagai peneliti tidak mengetahui apa
arti dan bagaimana cara mengolah data yang telah kita dapatkan agar menjadi
data yang bisa memberikan informasi yang jelas. Dalam makalah ini yang berjudul
“Tekhnik Korelasi Phi (Phi Koeffisien
Correlation), Tekhnik Korelasi Koeffisien Kontingensi dan Tekhnik Korelasi
Poin Biserial” akan membahas hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan data
menjadi sebuah tabel.
B.
Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah
dalam pembuatan makalah kami ini adalah sebagai berikut :
1. ingin
mengetahui apa itu Tekhnik Korelasi Phi, Korelasi Koeffisien Kontingensi dan
Korelasi Poin Biserial ?
2. ingin
mengetahui bagaimana cara mencari/menghitung angka indeks ketiga korelasi
tersebut ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Teknik Analisis Korelasional
Teknik analisis korelasional adalah tekhnik analisis statistik mengenai
hubungan antar dua variabel atau lebih. Teknik analisis korelasional dapat
dibedakan menjadi dua glongan, yaitu Tekhnik Analisis Korelasional Bivarat dan
Teknik Analisis Korelasional Multivariat.
Sebagaimana dikemukakan oleh Borg dan
Gall dalam bukunya Educational Research[1][1], terdapat 10
macam teknik perhitungan korelasi yang termasuk dalam Teknik Analisis
Korelasional Bivariat, yaitu:
1. Teknik Korelasi
Produk Momen.
2. Teknik Korelasi
Tata Jenjang.
3. Teknik Korelasi
Koefisien Phi.
4. Teknik Korelasi
Kontingensi.
5. Teknik Korelasi
Poin Biserial.
6. Teknik Korelasi
Biserial.
7. Teknik Korelasi
Kendall Tau.
8. Teknik Korelasi
Rasio.
9. Teknik The Widespread Correlation.
10. Teknik Korelasi Tetrakorik.
B.
Teknik Analisis
Korelasi Phi
Teknik Korelasi Phi adalah salah-satu teknik analisis
korelasional yang dipergunakan apabila data yang dikorelasikan adalah data yang
benar-benar dikotomik (terpisah atau dipisahkan secara tajam). Dengan istilah
lain variabel yang dikorelasikan itu adalah variabel diskrit murni. Misalnya :
Laki-laki/Perempuan, Hidup/Mati, Lulus/Tidak Lulus dan sebagainya. Angka Indeks
Korelasi phi dilambangkan dengan huruf ᶲ (phi). Seperti halnya rxy dan Rho, maka ᶲ besarnya juga berkisar antara 0,00 sampai dengan ±1,00.
a. Rumus yang digunakan
Rumus pertama : ᶲ
Rumus ini digunakan
apabila dalam menghitung atau mencari ᶲ
kita mendasarkan diri pada frekuensi dari masing-masing sel yang terdapat dalam
Tabel Kerja (Tabel Perhitungan).
Rumus kedua : ᶲ
Rumus ini digunakan
apabila dalam menghitung ᶲ kita mendasarkan
diri pada nilai proporsinya.
Rumus ketiga :
Rumus ketiga ini
kita gunakan apabila dalam mencari ᶲ
kita terlebih dahulu menghitung harga Kai Kuadrat (X2). Kai Kuadrat
ini dapat diperoleh dengan rumus :
f0 = frekuensi
yang diobservasi atau observed frekuency,
atau frekuensi
yang diperoleh dalam
penelitian.
ft = frekuensi teoritik atau theoretical
frequency, atau frekuensi secara
teoritik.
b. Cara Memberikan Interprestasi Terhadap Angka Indeks
Korelasi Phi ()
Pada dasarnya, Phi
merupakan Product Moment Correlation.
Rumus untuk menghitung Phi merupakan variasi rumus dasar pearson sebagaimana
yang telah dikemukakan pada pembicaraan terdahulu, yaitu;
Berhubung dengan
itu, maka.Phi Coefficient itu dapat
diinterpretasikan dengan cara yang sama dengan’’r’’ Product moment dari Pearson.
c. Contoh Cara Mencari (Menghitung) Angka Indeks Korelasi
Phi
1. Cara mencari angka indeks korelasi phi dengan mendasarkan
diri pada frekuensi dari masing-masing sel yang terdapat dalam Tabel Kerja
(Tabel Perhitungan)
Misalkan dalam suatu
kegiatan penelitian yang antara lain bertujuan untuk mengetahui apakah secara
signifikan terdapat korelasi antara kegiatan mengikuti bimbingan Tes yang
dilakukan oleh para siswa SMTA dan Prestasi mereka dalam Tes Seleksi.
Tabel.1.1.
Data Mengenai Hasil Tes SIPENMARU para Lulusan SMTA yang Mengikuti Bimbingan
Tes dan yang tidak Mengikuti Bimbingan Tes
Status
Prestasi
|
Mengikuti
BimbinganTes
|
TidakMengikutiBimbinganTes
|
Jumlah
|
Lulus Tes
SIPENMARU
|
20
|
20
|
40
|
Tidak Lulus Tes
SIPENMARU
|
25
|
35
|
60
|
Jumlah
|
45
|
55
|
100=N
|
Kita Rumuskan lebih dahulu nya:
: Ada korelasi yang
signifikan antara keikutsertakan paralulusan SMTA dalam Binbingan tes dan keberhasilan
mereka dalam Tes Sipenmaru.
:Tidak ada korelasi
yang signifikan antara keikutsertakan para lulusan SMTA dalam Bimbingan Tes dan
keberhasilan mereka dalam Tes Sipenmaru.
Karena Phi di sini
akan dihitung berlandaskan pada frekuensi selnya, maka masing-masing sel yang
terdapat pada Tabel Diatas itu kita persiapkan lebih dahulu menjadi Tabel
Perhitungan.
Tabel.1.2. tabel
perhitungan untuk mencari angka indeks korelasi phi, yang didasarkan pada
frekuensi sel-nya.
status
prestasi
|
MengikutiBimbinganTes
|
TidakMengikutiBimbinganTes
|
Jumlah
|
||
Lulus Tes
SIPENMARU
|
20
a
|
20
b
|
40
|
||
TidakLulusTesSIPENMARU
|
25
a
|
35
b
|
60
|
||
Jumlah:
|
45
|
55
|
100
|
||
Deng
Disni kita lihat:
Frekuensi sel a=20;c=25 dand=35.
Rumus yang digunakan
adalah :
Dengan Mensubtitusikan a,b.c dan d (yaitu frekuensinya
sel) ke dalam rumus, maka:
=== 0,082
Interprestasi: di sini kita anggap sebagai .
dF=Nnr=100-2=98(Konsultasi
Tabel Nilai”r’).Dalam table tidak dijumpai dF sebesar 98; karena itu kita
pergunakan dF sebesar 100.dengan df sebesar 100,di peroleh pada taraf signifikan 5%=0,195,sedangkan pada
taraf signifikan 1%=0,254.dengan demikian
yang kita peroleh (yaitu:0,082)adalah lebih kecil jika dibandingkan
dengan (yaitu:0,195 dan 0,254).Dengan
demikian Hipotesis Nol diterima/disetujui.berarti tidak terdapat korelasi yang
signifikan antara keikutsertakan para siswa lulusan SMTA dalam bimbingan
Tes,dan Prestasi yang mereka capai dalam tes sipenmaru.
Dengan memperhatikan
kembali frekuensi sel dalam Tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa
keberhasilan para siswa lulusan SMTA dalam Tes Sipenmaru itu secara signifikan
tidak ada hubunganya (tidak dipengaruhi) oleh ikut-tidaknya mereka dalam
kegiatan bimbingan Tes Masuk Perguruan Tinggi.
2. Cara mencari
Angka Indeks Korelasi Phi dengan mendasarkan diri pada Nilai Proporsinya
Rumus yang digunakan:
Tabel. 1.3. tabel
perhitungan untuk memperoleh angka Indeks kolerasi Phi dengan Mendasarkan Diri
pada Nilai Proporsinya.
Status
Prestasi
|
MengikutiBimbinganTes
|
TidakMengikutiBimbinganTes
|
Jumlah
|
Lulus Tes SIPENMARU
|
20
|
20
|
40
|
Tidak Lulus Tes SIPENMARU
|
25
|
35
|
60
|
Jumlah
|
45
|
55
|
Dari tabel diatas
kita peroleh:
Alpha=0,200;Beta=0,200;Gamma=0,250;Delta=0,350;
( (
Kita masukan kedalam
rumus:
.
3. Cara Mencari (menghitung) angka indeks korelasi phi
dengan memperhitungkan kai kuadrat
Jika
perhitungan didasarkan pada harga kai
kuadrat,maka rumus yang kita pergunakan adalah sebagai berikut:
Apabila data yang
disajikan pada table diatas kita pergunakan lagi disini,maka untuk memperoleh
harga Phi dengan menggukan Kai Kuadrat,Tabel perhitungan dan proses
perhitungannya adalah sebagai berikut:
Tabel 1.4.
tabel Perhitungan untuk memperoleh Angka indeks korelasi phi
dengan
memperhitungkan harga kai kuadrat.
Status
Prestasi
|
MengikutibimbinganTes
|
TidakMengikutiBimbinganTes
|
Jumlah
|
Lulus Tes SIPENMARU
|
120
|
2 20
|
|
Tidak Lulus SIPENMARU
|
325
|
435
|
|
Jumlah
|
cN
|
cN
|
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, maka rumus untuk
mencari Kai Kuadrat adalah sebagai berikut:
Tabel 1.5.Tabel
Proses Perhitungan untuk memperoleh harga Kai Kuadrat
Sel:
|
|||||
1
2
3
4
|
20
20
25
35
|
-2
-2
+2
|
4
4
4
4
|
0,2222
0,1818
0,1481
0,1212
|
|
jumlah
|
100= N
|
100= N
|
0
|
-
|
4. Cara Mencari (
menghitung) Angka indeks Korelasi Phi dalam keadaan khusus.
Yang dimaksud dengan keadaan khusus di sini ialah bahwa
dalam Tabel kerja atau Tabel perhitungan untuk mencari Phi ternyata salah satu
distribusinya terbagi seimbang ( yaitu: p’ =0,500 dan q juga=0,500). Dalam
keadaan khusus semacam ini,maka Phi dapat dihitung dengan rumus yang
sederhana,yakni:
Tabel. 1.6. Tabel
Kerja untuk Mencari Phi di mana salah Satu Distribusinya Terbagi Seimbang
(Keadaan khusus)
Status Prestasi
|
MengikutiBimbinganTes
|
TidakMengikutiBimbinganTes
|
Jumlah
|
Lulus Tes SIPENMARU
|
21
|
19
|
40
|
Tiidak Lulus Tes SIPENMARU
|
Status Prestasi
|
31
|
60
|
Jumlah
|
50
|
50
|
100
|
Dari Tabel 5.18.ini kita ketahui:Alpha(α)= 0,210; beta (β)= 0,190; gamma
(γ)= 2,90; delta (δ)= 0,310; p=
0,400 dan q=0,600. Dengan demikian Phi
dapat kita peroleh sebagai berikut:
Φ
Jika kita
konsultasikan dengan table nilai”r”Product Moment akan taryata bahwa ϕ lebih kecil dari pada rtabel; jadi Hipotesis
Nol disetujui. Berarti tidak ada korelasi yang signifikan antara keikut
sertaaan para lulusan siswa SMTA dengan kegiatan bimbingan tes dan prestasi
yang mereka capai dalam tes sipenmaru.
C.
Teknik Analisis
Korelasi Koefisien Kontingensi
Teknik Korelasi
koefisien Kontigensi (Contingency Coefficient
Corellation) adalah salah satu teknik Analisis Korelasional Bivariat, yang
dua buah variabel dikorelasikan adalah berbentuk katagori atau merupakan gejala
ordinal. Misalnya: tingkat pendidikan: tinggi, menengah, rendah. pemahaman
terhadap ajaran agama islam: baik, cukup. kurang dan sebagainya.Tekhnik
analisis ini dilambangkan dengan huruf C atau KK (Singkatan dari koefisien
kotegensi).
Rumus untuk mencari koefisien korelasi kotigensi adalah:
C
dapat diperoleh dengan menggunakan rumus
a. CaraMemberikan
interprestasi terhadap angka Indeks Korelasi kontigensi
Pemberian interperensi terhadap angka indeks korelasi
kontigensi C atau Kk ini adalah dengan jalan terlebih dahulu mengubah harga C
menjadi Phi, dengan mempergunakan rumus sebagai berikut:
ϕ
Setelah harga ϕdiperoleh, selanjutnya kita konsultasikan dengan Tabel
Nilai “r” product moment dengan dF sebnesar N-nr. Jika angka indeks korelasinya
yang kita peroleh dalam perhitungan (dalam hal ini adalahC yang telah diubah
menjadi Phi dan ‘‘dianggap” rxy) ini sama dengan atau lebih besar
dari pada rtabel maka Hipotesis nilai ditolak dan apabila lebih
kecil daripada rtabel maka hipotesinya nihil diterima atau
disetujui.
b. Contoh cara Mencari (menghitung) Angka indeks korelasi
kontigensi.
Tabel 1.7.Data
mengenai Semangat berolahraga dan kegairahan belajar dari sejumlah 200 orang
subjek.
semangatberolah raga
Gairah Belajar
|
Besar
|
Sedang
|
Kecil
|
Jumlah
|
Besar
|
18
|
12
|
10
|
40
|
Sedang
|
34
|
43
|
33
|
110
|
Kurang
|
10
|
10
|
30
|
50
|
Jumlah
|
62
|
65
|
73
|
200=N
|
Berdasarkan
tabel kita peroleh:
karena itu Kai Kuadrat =18,7194
Setelah
Harga kai Kuadrat kita ketahui,maka selanjutnya kita subtitusikan kedalam rumus
koefisien kontigensi:
C
atau KK =
Interprestasi;
ada
korelasi positif yang disignifikan antara semangat berolahraga dan
kegairahan belajar;
Tidak
ada korelasi positif yang signifikan antara semangat berolahraga dan kegairahan
belajar.
Untuk
memberikan interperensi terhadap C atau kk itu,harga C terlebih dahulu kita
ubah menjadi Phi (ϕ, dengan rumus;
Tabel 1.8. Tabel
kerja untuk mengetahui harga kai kuadrat, dalam rangka mencari angka indeks
korelasi kontingensi C
Sel
|
f0
|
ft
|
(f0 – ft)
|
(f0 – ft)2
|
|
1
|
18
|
+5,6
|
31,36
|
2,5290
|
|
2
|
12
|
-1,0
|
1,00
|
0,0770
|
|
3
|
10
|
-4,6
|
21,16
|
1,4490
|
|
4
|
34
|
-0,1
|
0,01
|
0,0003
|
|
5
|
43
|
+7,25
|
52,5625
|
1,4703
|
|
6
|
33
|
-7,15
|
51,1225
|
1,2733
|
|
7
|
10
|
-5,5
|
30,25
|
1,9516
|
|
8
|
10
|
-6,25
|
39,0625
|
2,4038
|
|
9
|
30
|
+11,75
|
138,0625
|
7,5651
|
|
Jumlah
|
200=N
|
Berdasarkan tabel kita peroleh:
selanjutnya harga ϕ yang telah
kita peroleh itu kita konsultasikan dengan tabel nilai “r” product moment,
dengan terlebih dahulu mencari df-nya : df= N-nr = 200-2 = 198 (dalam tabel nilai “r” product moment tidak
diperoleh df sebesar 200, diperoleh harga rtabel pada taraf signifikassi
5% = 0,138; sedangkan pada taraf signifikasi 1% diperoleh harga rtabel = 0,181.
Dengan demikian ϕ> rtabel
baik taraf signifikasi 5% maupun 1%. Dengan ini maka H0 ditolak.
Erarti ada korelasi khusus yang signifikan antara semangat berolahraga dan
kegairahan belajar; makin besar semangat berolahraga tumbuh dalam diri anak,
diikiuti dengan semakin besarnya kegairahan belajar mereka.
Sebagai contoh tambahan perlu kiranya dikemukakan disini
bahwa dalam rangka mengubah harga C menjadi , ada cara lain yang dapat
dipergunakan yaitu dengan menggunakan rumus:
Φ=
Jika harga kai
kuadrat disubstitusikan kedalam rumus diatas, maka:
Φ=
D.
Teknik Analisis
Korelasi Point Biserial
Tekhnik korelasi point biserial adalah
salah satu tekhnik analisis korelasional bivariat yang biasa digunakan untuk
mencari korelasi antara dua variabel : variabel I berbentuk variabel kontinum (misalnya: skor hasil
tes), sedangkan variabel II berbentuk variabel
diskrit murni (misalnya betul atau
salahnya calon dalam menjawab soal
tes). Tekhnik analisis korelasional poin biserial ini juga dapat digunakan
untuk menguji validitas soal (validity
item) yang telah diajukan dalam tes, dimana skor untuk setiap soal
dikorelassikan dengan skor hasil tes secara totalitas.
Rumus untuk mencari angka indeks poin biserial (rpbi)
adalah:
rpbi = angka
indeks korelassi point biserial.
Mp = Mean
(nilai rata-rata hitung) skor yang dicapai oleh peserta tes yang menjawab
betul, yang sedang dicari korelasinya
dengan tes secara keseluruhan.
Mx = mean
skor total, yang berhasil diperoleh oleh seluruh peserta test.
SDt =
deviasi standar total.
P = proporsi peserta
tes yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang dicari
korelasinya dengan tes secara
keseluruhan.
a. Cara memberikan
interpretasi terhadap angka indeks korelasi point biserial
Untuk memberikan interpretasi terhadap
rpbi, kita pergunakan yabel nilai”r” product moment, dengan terlebih
dahulu mencari dF-nya (dF= N-nr). Jika rpbi yang diperoleh dalam
perhitungan = atau > daripada rtabel, maka kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa kedua variabel yang sedang kita cari korelasinya, ternyata
secara signifikan memang berkorelasi. Jika rpbi , rtabel
berarti tidak ada korelasi yang signifikan.
b. Contoh cara
mencari / menghitung angka indeks korelasi poin biserial
Tabel. 1.9. Tabel skor yang
berhasil dicapai oleh 10 orang testee yang dihadapkan kepada 10 butir soal tes
seleksi
testee
|
Skor yang dicapai untuk butir soal nomor:
|
Total score
(Xt)
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
A
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
5
|
B
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
5
|
S
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
6
|
D
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
6
|
E
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
7
|
F
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
5
|
G
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
6
|
H
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
6
|
I
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
8
|
J
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
7
|
10=N
|
4
|
6
|
5
|
6
|
6
|
7
|
3
|
10
|
6
|
7
|
60
|
Langkah-langkah
perhitungan adalah sebagai berikut :
I : Mencari Mean Total (Mt) dengan rumus :
Mt = =
II : Mencari Deviasi Standar total (SDt)
dengan rumus:
SDt =
=
=
=
= 1,897
Tabel 1.11. tabel
perhitungan untuk menguji valoditas butir soal nomor 1-10
testee
|
Skor yang dicapai untuk butir soal nomor:
|
Total score
(Xt)
|
Xt2
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|||
A
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
6
|
|
B
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
5
|
||
S
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
6
|
|
D
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
6
|
|
E
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
7
|
|
F
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
5
|
|
G
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
6
|
|
H
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
6
|
|
I
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
8
|
|
J
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
7
|
|
10=N
|
7
|
5
|
6
|
8
|
6
|
3
|
3
|
10
|
6
|
7
|
396
|
|
p
|
0,4
|
0,6
|
0,5
|
0,6
|
0,6
|
0,3
|
0,3
|
1,0
|
0,6
|
0,7
|
||
Berdasarkan tabel mari kita uji validitas soal nomor 1
dan nomor 10
1. Dik : Mt = 6
SDt = 1,897
p = 0,7
q = 0,3
Dit : Mp
Mp =
= = 6,286
rpbi
= =
= = 0,151 X 1,527 = 0,231
interpretasi :
df = N-nr = 10-2 = 8
dengan df sebesar 8
diperoleh harga rtabel pada taraf signifikasi 5% sebesar 0,632
sedangkan pada taraf signifikasi 1% sebesar 0,765. Karena rpbi yang
kita peroleh jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan rtabel,maka
dapat kita simpulkan bahwa butir soal nomor 1adalah invalid atau tidak valid.
2. Dik : Mt = 6
SDt = 1,897
p = 0,6
q = 0,4
Dit : Mp
Mp =
= = 7,333
rpbi
= =
= = 0,703 X 1,225 = 0,861
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teknik analisis korelasional adalah tekhnik analisis statistik mengenai
hubungan antar dua variabel atau lebih. Teknik analisis korelasional dapat
dibedakan menjadi dua glongan, yaitu Tekhnik Analisis Korelasional Bivarat dan
Teknik Analisis Korelasional Multivariat.
Sebagaimana dikemukakan oleh Borg dan
Gall dalam bukunya Educational Research[2],
terdapat 10 macam teknik perhitungan korelasi yang termasuk dalam Teknik
Analisis Korelasional Bivariat, yaitu:
1. Teknik Korelasi
Produk Momen.
2. Teknik Korelasi
Tata Jenjang.
3. Teknik Korelasi
Koefisien Phi.
4. Teknik Korelasi
Kontingensi.
5. Teknik Korelasi
Poin Biserial.
6. Teknik Korelasi
Biserial.
7. Teknik Korelasi
Kendall Tau.
8. Teknik Korelasi
Rasio.
9. Teknik The Widespread Correlation.
10. Teknik Korelasi Tetrakorik.
B. Saran
Diharapkan dengan selesainya makalah ini semua mahasiswa
mengetahui tentang pengertian teknik analisis korelasional.
DAFTAR PUSTAKA
http://bfdisco.blogspot.com/2011/05/hak-kewajiban-dan-tanggung-jawab-guru.html
Djumiran. 2009. “Baham Ajar Cetak Profesi
Keguruan Cetak”. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi karta: Departemen
Pendidikan Nasional.
[1][1] Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, edisi ke-1 (Jakarta: Rajawali
Pers), 2011, hlm. 189