Kata Pengantar
Kami panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk
memenuhi kegiatan belajar mengajar.
Banyak
halangan dan rintangan yang saya hadapi dalam menyelesaikan tugas penyusunan
makalah ini, namun atas limpahan rahmat dan karunia Allah STW serta bantuan
dari semua pihak, maka tugas makalah ini dapat saya selesaikan, dalam
kesempatan ini pula saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bpk Nandang Yuda Kurniawan. Selaku Dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan.
2.
Teman-teman saya yang telah memberikan dukungan
dan motivasinya.
3.
Orang tua saya yang telah memberikan do’a dan
restunya.
Semoga
Allah SWT membalas semua kebaikan bapak, ibu serta teman-teman yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan tugas makalah. Selalin itu saya pun menyadari
masih banyak kelemahan dan kekurangan pada makalah ini, untuk itu saya
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, agar makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar …………………………………………………… 2
Daftar Isi …………………………………………………… 3
BAB I. Pendahuluan
Latar Belakang .............................................................................. 4
Perumusan Masalah .............................................................................. 4
Tujuan .............................................................................. 5
BAB II. Landasan Teori
Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer .................................................... 6
Teori Emosi James Lange ............................................................................ 6
Teori ”Emergency” Cannon ............................................................................. 7
Pengertian Emosi ............................................................................ 8
Aspek-aspek kecerdasan emosi .............................................................. 12
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi ......................... 13
Kapan seseorang akan mengalami emosi? ................................................. 13
Timbulnya Emosi .......................................................................... 13
Bagaimana cara seseorang dalam mengendalikan
emosi? .......................
14
BAB III. PEMBAHASAN
Pengertian Emosional
..................................................................................... 15
BAB I. Pendahuluan
Latar Belakang
Pertumbuhan
dan perkembangan emosi, yang dapat dilihat dari tingkah
laku lainnya yang ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar.
Contohnya seperti seorang bayi yang baru lahir ia dapat menangis dan akan
mencapai proses kematangannya ketika ia akan tertawa nanti.
Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari
disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau perasaan
tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai perbuatan-perbuatan
kita sehari-hari yang disebut Warna Efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang
lemah atau samar-samar.
Perbedaan
antara emosi dan perasaan tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya
merupakan suatu hal yang bersifat kualitatif yang tidak ada batasnya.
Terkadang, warna efektif dapat dinyatakan sebagai perasaan atau dapat
dinyatakan sebagai emosi. Oleh karena itu, emosi bukan hanya disebabkan karena
perasaan saja, tetapi warna afektif yang meliputi keadaan seseorang. Ada yang
kuat, lemah atau mungkin samar-samar.
Dengan
demikian, pada makalah ini akan dibahas mengenai emosi yang berkaitan dengan
teori-teori tentang emosi tersebut.
Perumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan perkembangan emosi
atau arti dari emosi itu sendiri?
2. Dimana dapat berlangsungnya terjadi emosi?
3. Kapan seorang manusia dapat merasakan emosi
atau dalam sebuah teori kapan para peneliti melahirkan teori tentang emosi
tersebut?
4. Mengapa emosi tersebut dapat timbul dan apa
akibatnya?
5. Siapa saja yang dapat mengalami perubahan
emosi?
6. Bagaimana cara seseorang dalam mengendalikan
emosi?
Tujuan dan Manfaat
Makalah
ini dibuat bukan hanya untuk melengkapi nilai tugas saya, tetapi juga untuk
menginformasikan kepada teman-teman, dosen ataupun guru dan para pembaca
tentang Perkembangan Emosi dan mengupas serta membuka wawasan baru mengenai
perkembangan emosi tersebut yang berkaitan dengan pendidikan.
BAB II. Landasan Teori
Terdapat
beberapa teori tentang emosi yang dilakukan oleh beberapa peneliti, yaitu
adalah sebagai berikut,
1. Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer
Teori
ini dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada rangsangan.
Reaksi fisiologik dapat saja sama (hati berdebar, tekanan darah naik, nafas
bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam darah dan sebagainya) namun jika
rangsangannya menyenangkan – seperti diterima di perguruan tinggi yang
diminati, emosi yang timbul dinamakan senang. Sebaliknya jika rangsangannya
membahayakan (misalnya melihat ular yang berbisa) emosi yang timbul dinamakan
takut. Para ahli psikologi melihat teori ini lebih sesuai dengan teori kognisi.
Menurut
Berkowitz (1993), banyak pemikiran saat ini tentang peran ateribusi dalam emosi
mulai dengan sebuah teori kognitif yang sangat dikenal yang dipublikasikan oleh
Stanley Schachter dan Jerome Singer pada tahun 1962 . konsepsi Berkowitz
tentang bagaimana pikiran tingkat tinggi menentukan pembentukan suasana
emosional setelah munculnya reaksi saraf, relatif primitif dan emosional
dipengaruhi oleh formula ini.
Schachter
dan Singer mengemukakan bahwa emosi tertentu merupakan fungsi dari
reaksi-reaksi tubuh tertentu. Menurutnya pula kita tidak merasa marah karena
ketegangan otot, rahang yang berderak, denyut nadi kita menjadi cepat, dan
sebagainya tetapi karena kita secara umum jengkel dan kita mempunyai beberapa
kognisi tertentu tentang sifat kejengkelan kita.
2. Teori Emosi James Lange
Menurut
teori ini, emosi merupakan hasil persepsi seseorang terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap berbagai
rangsangan yang dayang dari luar. Jadi jika seseorang misalnya melihat harimau,
reaksinya adalah peredaran darah makin cepat karena denyut jantung makin cepat,
paru-paru lebih cepat memompa udara dan sebagainya. Respon-respon tubuh ini
kemudian dipersepsikan dan timbullah rasa takut. Mengapa rasa takut yang
timbul? Ini disebabkan oleh hasil pengalaman dan proses belajar. Orang
bersangkutan dari hasil pengalamannya mengetahui bahwa harimau adalah makhluk
yang berbahaya, karena itu debaran jantung dipersepsikan sebagai rasa takut.
Emosi menurut kedua ahli ini, terjadi
adanya perubahan pada sistem vasomotor (otot-otot). Suatu peristiwa
dipersepsikan menimbulkan perubahan fisiologis dan perubahan psikologis yang
disebut emosi. Dengan kata lain menurut James Lange, seseorang bukan tertawa
karena senang, melainkan ia senang karena tertawa.
James Lange mengemukakan proses-proses
terjadinya emosi dihubungkan dengan faktor fisik dengan urutan sebagai berikut
:
1. Mempersepsikan situasi di lingkungan yang
mungkin menimbulkan emosi
2. Memberikan reaksi terhadap situasi dengan pola
khusus melalui aktivitas fisik
3. Mempersiapkan pola aktivitas fisik yang
mengakibatkan munculnya emosi secara khusus.
Uraian ini disingkat menjadi :
Lingkungan – Otak – Perubahan pada tubuh + emosi
James Lange menghasilkan lima
tingkatan emosi dalam proses emosi yang terdiri dari :
1, Situasi
2. Persepsi tentang situasi
3. Perubahan-perubahan dalam
tubuh
4. Perbuatan yang terlihat,
misalkan melarikan diri dari bahaya
5. Keadaan sadar dari emosi
3. Teori ”Emergency” Cannon
Teori
ini dikemukakan oleh Walter B. Cannon (1929), ia menyatakan bahwa karena
gejolak emosi itu menyiapkan seseorang untuk mengatasi keadaan yang genting,
orang-orang primitif yang membuat respon semacam itu bisa survive dalam hidupnya.
Cannon
menyalahkan teori James Lange karena beberapa alasan, termasuk fokus eksklusif
teori pada organ dalam. Cannon mengatakan, antara lain bahwa organ dalam
umumnya terlalu intensitif dan terlalu dalam responsnya untuk bisa menjadi
dasar berkembangnya dan berubahnya suasana emosional yang seringkali
berlangsung demikian cepat. Meskipun begitu, ia sebenarnya tidak beranggapan
bahwa organ dalam merupakan satu-satunya faktor yang menentukan suasana
emosional.
Pengertian Emosi
Perilaku
kita sehari-hari pada umumnya diwarnai oleh perasaan tertentu seperti senang
atau tidak senang, suka atau tidak suka, sedih dan
gembira. Perasaan yang terlalu menyertai
perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif. Apabila warna
afektif tersebut kuat, perasaan itu dinamakan emosi (Sarlito 1982:59). Beberapa
contoh emosi yang lainnya adalah cinta, marah, takut, cemas, malu, kecewa dan
benci.
Apakah definisi
dari emosi? Apakah sebagian orang mendefinisikan emosi sama seperti perasaan
yang mendalam apabila dirasakan? Emosi dan perasaan adalah dua konsep yang
berbeda, tetapi perbedaan keduanya tidak dapat dinyatakan secara tegas. Emosi dan perasaan merupakan gejala
emosional yang secara kualitatif berkelanjutan tetapi tidak jelas batasannya. Pada
suatu saat, warna afektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi dapat
disebut sebagai emosi. Misalnya, marah yang ditunjukkan dalam bentuk diam. Oleh
karena itu, emosi dan perasaan tidak mudah untuk dibedakan.
Menurut Crow & Crow (1958), pengertian emosi adalah ’An emotion,
is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and
mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it
self in his evert behavior’. Jadi, emosi adalah warna afektif yang kuat dan
ditandai oleh perubahan-perubahan baik.
Penggolongan emosi dapat dibedakan menjadi
menjadi sebagai berikut :
1. Emosi yang sangat mendalam (misalnya sangat
marah atau sangat takut) menyebabkan aktivitas yang sangat tinggi, sehingga
seluruh tubuh diaktivkan, dan dalam keadaan seperti ini sukar untuk menentukan
apakah seseorang sedang takut atau sedang marah
2. satu orang dapat menghayati satu macam emosi
dengan berbagai cara. Misalnya kalau marah sati orang contohnya dapat gemetar
di tempat dan yang lain mungkin memaki atau yang lain lagi mungkin lari dan
diam.
3. Nama yang umumnya diberikan kepada berbagai
jenis emosi biasanya didasarkan pada sifat rangsangnya buakn pada keadaan
emosinya sendiri. Jadi ’takut’ adalah emosi yang timbul terhadap suatu bahaya
dan ’marah’ adalah emosi yang timbul dari suatu yang menjengkelkan.
4. Pengenalan emosi secara subyektif dan
introspektif juga sukar dilakukan karena selalu saja akan ada pengaruh dari
lingkungan.
Pada saat emosi, sering
terjadi perubahan-perubahan fisik pada seseorang, seperti :
a. reaksi elektris pada kulit meningkat bila
terpesona
b. peredaran darah bertambah cepat bila marah
c. denyut jantung bertambah cepat bila terkejut
d. bernapas panjang kalau kecewa
e. pupil mata membesar bila marah
f. air liur mengering bila takut atau tegang
g. bulu roma berdiri kalau takut
h. pencernaan menjadi sakit atau mencret-mencret
kalau tegang
i. otot menjadi tegang atau bergetar
j. komposisi darah berubah dan kelenjar-kelenjar
lebih aktif
Perkembangan
emosi dialami oleh seorang bayi, anak-anak, remaja dan dewasa. Dimana seeorang
akan merasakannya sebagai sebuah persepsi yang dilalui oleh sistem-sistem saraf
mereka sesuai dengan perkembangan emosinya.
Menurut
Elizabeth B. Hurlock (1978:79) reaksi yang menyenangkan pada bayi dapat
diperoleh dengan cara mengubah posisi tubuh secara tiba-tiba, membuat suara
keras atau membiarkan bayi menggunakan popok yang basah. Rangsangan ini
menimbulkan reaksi emosional berupa tangisan dan ativitas yang kuat. Sebaliknya
reaksi yang menyenangkan dapat tampak jelas tatkala bayi menyusui pada ibunya.
Pada umumnya anak kecil lebih
emosional daripada orang dewasa karena pada usia ini anak masih relatif muda
dan belum dapat mengendalikan emosinya. Anak kecil memiliki perilaku yang
sangat memaksa. Mereka hanya mempunyai sedikit kendali dari dorongan hati
mereka dan mudah merasa putus asa. Pada saat anak mencapai usia tiga tahun
mereka sudah menumbuhkan beberapa sikap toleransi untuk mengatasi hal tersebut.
Mereka juga sudah dapat mengembangkan beberapa sikap pengendalian diri; mereka
tidak bereaksi terhadap setiap dorongan hati. Perkembangan emosi berkaitan
dengan pengendalian diri, apa yang disukai dan yang tidak disukai.
.Pada
usia dua sampai empat tahun, karakteristik emosi anak muncul pada ledakan
amarahnya atau temper tantrums (Elizabeth B. Hurlock, 1978). Anak yang berusia
tiga dan empat tahun menyenangi kejutan-kejutan dan juga peristiwa roman.
Mereka memerlukan keamanan dengan mengetahui bahwa ada suatu struktur dalam
kehidupan sehari-hari. Anak yang berusia tiga dan empat tahun juga sudah mulai
menunjukkan selera humor. Pada usia lima sampai enam tahun anak mulai matang
dan mulai menyadari akibat-akibat dari emosinya. Ekspresi emosi anak dapat berubah secara drastis
dan cepat, contohnya baru saja anak menangis tetapi setelah beberapa menit
kemudian anak bisa gembira lagi karena mendapatkan hiburan dari orang yang
mengendalikan emosinya.
Anak-anak yang berusia tujuh
dan delapan tahun mulai mencoba kembali untuk memperoleh kendali yang lebih
baik lagi dari tanggapan emosional mereka. Mereka mulai menyadari kondisi di
dunia dan lebih menaruh perhatian terhadap cerita-cerita baru yang mereka lihat
di televisi atau yang mereka dengar dari bahan diskusi orang-orang dewasa.
Anak
yang berusia tujuh dan delapan tahun mulai menunjukkan ketekunan di dalam usaha
yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan mereka. Ini sering menyebabkan orang
tua mereka menjadi kesal dimana ketika anak meminta orang tua untuk melakukan
suatu hal secara berulang kali. Pada usia ini anak-anak mengembangkan sikap
empati yang lebih memperkenalkan diri kepada orang lain dan juga merasa
bersalah ketika mereka melukai orang lain, baik secara fisik ataupun emosional.
Mereka mencoba untuk menimbulkan rasa nyaman terhadap keluarga atau teman tanpa
diminta untuk melakukannya.
Sedangkan pola emosi remaja
juga hampir sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal sering dialami
remaja adalah kasih sayang, gembira, amarah, takut dan cemas, cinta, cemburu,
kecewa, sedih dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat
rangsangan yang membangkitkan emosi dan pola pengendalian yang dilakukan
individu terhadap emosinya.
Biehler
(1972) membagi ciri-ciri emosional remaja dalam dua rentang usia, yaitu usia
12-15 tahun dan usia 15-18 tahun. Adapun ciri-ciri emosional remaja berusia
12-15 tahun adalah sebagai berikut :
-
Cenderung bersikap pemurung. Sebagian disebabkan
karena perubahan biologis dalam hubungannya dengan kematangan seksual dan
sebagiannya lagi karena kebingungannya dalam menghadapi orang dewasa. Karena
kemurungan, hal ini dapat memicu terjadinya suasana hati yang depresi yang
lebih banyak dialami oleh perempuan.
-
Ada kalanya bersikap kasar dalam menutupi
kekurangannya dalam hal percaya diri
-
Ledakan-ledakan kemarahan sering terjadi sebagai
akibat dari kombinasi ketegangan psikologis, ketidakstabilan biologis dan
kelelahan karena bekerja yang terlalu keras atau pola makan yang tidak tepat
ataupun tidur yang kurang cukup.
-
Cenderung berperilaku tidak toleran terhadap orang
lain dengan membenarkan pendapatnya sendiri
-
Mengamati orang tua dan guru secara lebih objektif
dan mungkin marah apabila tertipu dengan gaya guru yang bersifat sok tahu.
Ciri-ciri emosional remaja
usia 15-18 tahun adalah sebagai berikut :
-
Sering memberontak sebagai ekspresi dari perubahan
dari masa kanak-kanak ke dewasa
-
Dengan bertambahnya kebebasan, banyak remaja yang
mengalami konflik dengan orang tuanya. Mereka mengharapkan perhatian, simpati
dan nasihat orang tua.
-
Sering melamun untuk memikirkan masa depannya.
Para peneliti mengemukakan
bahwa perubahan pubertas berkaitan dengan meningkatnya emosi-emosi negatif.
Meskipun demikian sebagian besar peneliti berkesimpulan bahwa pengaruh hormonal
itu kecil dan jika hal itu terjadi, biasanya berkaitan dengan faktor lain
seperti stres, pola makan, aktivitas seksual dan relasi sosial. Sesungguhnya
pengalaman lingkungan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap
emosi remaja dibandingkan perubahan hormonal.
Banyak remaja yang tidak dapat
mengelola emosinya secara lebih efektif. Sebagai akibatnya mereka rentan
mengalami depresi, kemarahan, kurang mampu meregulasi emosinya yang selanjutnya
dapat memicu munculnya berbagai masalah seperti kesulitan akademis.
Ciri-ciri emosi yang dapat
dibedakan antara emosi anak dan emosi orang dewasa adalah sebagai berikut :
Emosi Pada Anak
|
Emosi Pada Orang Dewasa
|
Berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba
|
Berlangsung lebih lama dan berakhir dengan
lambat
|
Terlihat lebih hebat dan kuat
|
Terlihat lebih hebat atau kuat
|
Bersifat sementara atau dangkal
|
Lebih lama
|
Lebih sering terjadi
|
Jarang terjadi
|
Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah
lakunya
|
Sulit diketahui karena lebih pandai
menyembunyikannya
|
Pada masa dewasa perkembangan
emosi mereka, akan mereka tujukan kepada hal-hal tentang percintaan, mulai
meninggalkan rumah, mengembangkan karir dan bersosialisasi.
Aspek-aspek Kecerdasan Emosi
Goleman
(1997) mengatakan bahwa kecerdasan emosioanal adalah kemampuan lebih yang
dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan,
mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Kecerdasan
emosi adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang yang dapat mengendalikan
emosinya, menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri
sendiri dan orang lain dan menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan
efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
Aspek-aspek kecerdasan emosi
adalah sebagai berikut :
1.. Pengelolaan diri
Mengandung
arti bagaimana seseorang mengelola diri dan perasaan-perasaan yang dialaminya
dan tahan terhadap frustasi.
2. Kemampuan untuk memotivasi diri
Kemampuan
ini berguna untuk mencapai tujuan jangka panjang untuk mengatasi setiap
kesulitan yang dialami bahkan untul mekegakan kegagalan yang terjadi.
3. Empati
Empati
ini dibangun dari kesadaran diri dengan memposisikan diri senada, serasa dengan
emosi orang lain akan membantu untuk memahami perasaan orang lain tersebut.
4. Keterampilan sosial
Merupakan
keterampilan yang dapat dipelajari seseorang semenjak kecil mengenai pola-pola
berhubungan dengan orang lain.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Emosi
Sejumlah
penelitian tentang emosi menunjukkan bahwa perkembangan emosi terutama bagi
remaja sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor belajar
(Hurlock, 1960:266). Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam
mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan
kemampuan berpikir kritis untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti
dan menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Demikian pula kemampuan
mengingat dan menghapal mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian remaja
menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada
usia yang lebih muda.
Kapan seseorang akan mengalami emosi?
Seseorang
akan merasakan emosi ketika mengalami kejadian atau suatu hal tertentu kebanyakan ahli yakin bahwa emosi akan lebih
cepat berlalu daripada suasana hati. Kebanyakan orang akan meluapkan amarahnya
dan emosinya akan cepat reda daripada menyimpan suasana hati yang sedang
bersedih, karena itu akan memakan waktu yang sangat lama, mungkin sampai
berjam-jam.
Timbulnya emosi
Emosi
timbul karena adanya stimuli pembangkit emosi. Dengan demikian emosi bukan
peristiwa keseluruhan sampai timbulnya perasaan dan dorongan serta terjadinya
sambutan-sambutan fisis dan fisilogis lewat pekerjaan susunan saraf yang
berlangsung secara otomatis. Untuk dapat terjadi peristiwa timbulnya emosi,
stimuli harus dihubungkan dengan minat dan kehendak. Sebagai contoh, jika
seseorang mengarahkan minatnya terhadap seorang individu, benda atau situasi
maka akan terjadilah kemungkinan reaksi potensi emosi sehingga ia distimuli
oleh hal-hal tersebut dimana ia menaruh perhatian.
Suatu
stimuli yang membangkitkan satu emosi tidak dapat menimbulkan emosi yang
lainnya dalam waktu yang sama. Tetapi stimuli yang satu itu dapat saja
membangkitkan emosi-emosi yang berbeda dan bahkan berlawanan pada waktu-waktu
yang berlainan.
Bagaimana cara seseorang dalam
mengendalikan emosi?
Contoh aktivitas yang dapat membantu anak-anak
dalam perkembangan emosinya :
-
Mintalah anak untuk menggambarkan suatu situasi di
mana rasa frustasi dan kemarahan seharusnya ditangani dengan sewajarnya
-
Menggunakan boneka sebagai model yang tepat dalam
pemberian respons terhadap emosi
-
Membantu anak-anak belajar untuk mengakui tentang
suatu hal dan memberi label terhadap perasaan mereka sendiri
-
Memilih literatur di mana setiap karakter bereaksi
dengan emosi yang sewajarnya dan mendiskusikan bagaimana mereka merasakan dan
juga bagaimana mereka bertindak
-
Memberikan rasa empati bagi anak-anak yang merasa
ketakutan dan juga yang membutuhkan perhatian
-
Izinkan anak-anak untuk berbagi lelucon mereka,
hargai setiap tahapan perkembangan rasa humor mereka.
Sedangkan ada beberapa tahap
atau cara untuk mengendalikan emosi seseorang khusunya bagi remaja dan dewasa.
Seseorang harus mampu untuk tetap terbuka untuk rasa menyenangkan ataupun tidak
menyenangkan, mampu melibatkan diri atau menarik diri secara reflektif dari
suatu emosi dan mendasarkan pada pertimbangan informasi dan kegunannya.
Berikutnya, seseorang harus mampu memantau emosi secara reflektif dalam
hubungan diri sendiri dan dengan orang lain. Selalu berpikir positif dan
merefleksikan hanya untuk meluapkan amarah saja dan tidak untuk mendendam.
Ada
contoh sebuah kasus yang dialami seseorang yang berkebangsaan Indonesia, yang
bernama Doni, ia seorang mahasiswa psikologi di suatu perguruan tinggi negri
yang tidak dapat melanjutkan kuliahnya karena kekurangan biaya.
Dalam
kasus ini, Doni dapat dikatakan orang yang memiliki kecerdasan emosi apabila ia
dapat mengendalikan diri terhadap keadaan yang menimpanya, sehingga ia mampu
memotivasi dirinya untuk bangkit dari keadannya. Walaupun terasa berat, tetapi
Doni akan mencapai kecerdasan emosinya apabila ia dapat bertahan dan tidak
menggunakan emosi yang berlebihan. Mungkin dengan jalan lain Doni dapat bekerja
atau mencari penghasilan untuk menutupi kekurangan biayanya. Apabil Doni tidak
putus asa dan berhasil menghadapi kecerdasannya dengan baik, maka ia dapat
dikatakan orang yang memiliki kecerdasan emosi, karena Doni memiliki ciri-ciri
dari kecerdasan emosi, yaitu mampu memotivasi diri, tahan terhadap frustasi dan
mampu mengendalikan diri. Stress dan masalah yang dihadapi dirinya tidak
menyebabkan kemampuan berpikirnya melemah dan tidak membuatnya patah semangat
ataupun malas belajar dalam melanjutkan pendidikannya
BAB III
PEMBAHASAN
Pengertian Emosi
Perilaku
kita sehari-hari pada umumnya diwarnai oleh perasaan tertentu seperti senang
atau tidak senang, suka atau tidak
suka, sedih dan gembira. Perasaan yang terlalu menyertai perbuatan-perbuatan kita
sehari-hari disebut warna afektif. Apabila warna afektif tersebut kuat,
perasaan itu dinamakan emosi (Sarlito 1982:59). Beberapa contoh emosi yang
lainnya adalah cinta, marah, takut, cemas, malu, kecewa dan benci.
Apakah definisi
dari emosi? Apakah sebagian orang mendefinisikan emosi sama seperti perasaan
yang mendalam apabila dirasakan? Emosi dan perasaan adalah dua konsep yang
berbeda, tetapi perbedaan keduanya tidak dapat dinyatakan secara tegas. Emosi dan perasaan merupakan gejala
emosional yang secara kualitatif berkelanjutan tetapi tidak jelas batasannya. Pada
suatu saat, warna afektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi dapat
disebut sebagai emosi. Misalnya, marah yang ditunjukkan dalam bentuk diam. Oleh
karena itu, emosi dan perasaan tidak mudah untuk dibedakan.
Menurut Crow & Crow (1958), pengertian emosi adalah ’An emotion,
is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and
mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it
self in his evert behavior’. Jadi, emosi adalah warna afektif yang kuat dan
ditandai oleh perubahan-perubahan baik.
Penggolongan emosi dapat dibedakan menjadi
menjadi sebagai berikut :
1. Emosi yang sangat mendalam (misalnya sangat
marah atau sangat takut) menyebabkan aktivitas yang sangat tinggi, sehingga
seluruh tubuh diaktivkan, dan dalam keadaan seperti ini sukar untuk menentukan
apakah seseorang sedang takut atau sedang marah
2. satu orang dapat menghayati satu macam emosi
dengan berbagai cara. Misalnya kalau marah sati orang contohnya dapat gemetar
di tempat dan yang lain mungkin memaki atau yang lain lagi mungkin lari dan
diam.
3. Nama yang umumnya diberikan kepada berbagai
jenis emosi biasanya didasarkan pada sifat rangsangnya buakn pada keadaan
emosinya sendiri. Jadi ’takut’ adalah emosi yang timbul terhadap suatu bahaya
dan ’marah’ adalah emosi yang timbul dari suatu yang menjengkelkan.
4. Pengenalan emosi secara subyektif dan
introspektif juga sukar dilakukan karena selalu saja akan ada pengaruh dari
lingkungan.
Pada saat emosi, sering
terjadi perubahan-perubahan fisik pada seseorang, seperti :
a. reaksi elektris pada kulit meningkat bila
terpesona
b. peredaran darah bertambah cepat bila marah
c. denyut jantung bertambah cepat bila terkejut
d. bernapas panjang kalau kecewa
e. pupil mata membesar bila marah
f. air liur mengering bila takut atau tegang
g. bulu roma berdiri kalau takut
h. pencernaan menjadi sakit atau mencret-mencret
kalau tegang
i. otot menjadi tegang atau bergetar
j. komposisi darah berubah dan kelenjar-kelenjar
lebih aktif
Perkembangan
emosi dialami oleh seorang bayi, anak-anak, remaja dan dewasa. Dimana seeorang
akan merasakannya sebagai sebuah persepsi yang dilalui oleh sistem-sistem saraf
mereka sesuai dengan perkembangan emosinya.
Menurut
Elizabeth B. Hurlock (1978:79) reaksi yang menyenangkan pada bayi dapat
diperoleh dengan cara mengubah posisi tubuh secara tiba-tiba, membuat suara
keras atau membiarkan bayi menggunakan popok yang basah. Rangsangan ini
menimbulkan reaksi emosional berupa tangisan dan ativitas yang kuat. Sebaliknya
reaksi yang menyenangkan dapat tampak jelas tatkala bayi menyusui pada ibunya.
Pada umumnya anak kecil lebih
emosional daripada orang dewasa karena pada usia ini anak masih relatif muda
dan belum dapat mengendalikan emosinya. Anak kecil memiliki perilaku yang
sangat memaksa. Mereka hanya mempunyai sedikit kendali dari dorongan hati
mereka dan mudah merasa putus asa. Pada saat anak mencapai usia tiga tahun
mereka sudah menumbuhkan beberapa sikap toleransi untuk mengatasi hal tersebut.
Mereka juga sudah dapat mengembangkan beberapa sikap pengendalian diri; mereka
tidak bereaksi terhadap setiap dorongan hati. Perkembangan emosi berkaitan
dengan pengendalian diri, apa yang disukai dan yang tidak disukai.